Laporan
Praktikum Mikrobiologi
Acara 8
“Pengenalan
Bakteri Dan Pewarnaan Gram”

Disusun Oleh
Kelompok 4
Nama :
1. Riski Meliya Ningsih E1J014147
2. Bayu Hilmi Hanif E1J014166
3. Damar Abiyatmo E1J014120
4. Medo Anggi Saputra E1J014146
Hari/Tanggal :
Kamis, 7 Mei 2015
Shift :
Kamis (12:00-14:00)
Dosen Pembimbing :
Ir. Djamilah, MP.
Co-As :
Irma Suriyani
LABORATORIUM
ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
BENGKULU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bakteri memiliki beberapa macam
bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, dan spirilum. Bakteri yang berbentuk
tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil pembagiannya
yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil.Sedangkan pada coccus dibagi
menjadi monococcus, diplococcus, sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum
hanya dibagi dua yaitu setengah melengkung dan melengkung.
Melihat dan mengamati bakteri dalam
kedaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga
transparan dan sangat kecil. Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai
morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri.
Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel
bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel
bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau
pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya
yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
Prinsip dasar dari pewarnaan ini
adalah adanya ikatan ion antara komponen seluler dari bakteri dengan senyawa
aktif dari pewarnaan yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya
muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarnaan. Berdasarkan
adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa. Teknik
Pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan kecermatan bekerja
serta mengikuti aturan dasar yang berlaku.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu
mengamati dan menyiapkan preparat dan pewarnaan bakteri untuk keperluan
karakterisasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengenalan bentuk mikroba (morfologi), kecuali
mikroalgae harus dilakukan pewarnaan terlebih dahulu agar dapat diamati dengan
jelas. Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan karena
banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna. Tujuan dari pewarnaan adalah
untuk mempermudah pengamatan bentuk sel bakteri, memperluas ukuran jazad,
mengamati struktur dalam dan luar sel bakteri, dan melihat reaksi jazad
terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik atau kimia jazad dapat
diketahui (Hadiutomo. 1990).
Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh
Christian Gram pada tahun 1884. Dengan metode ini. Bakteri dapat dikelompokkan
menjadi dua yatu, bakteri gram positif dan bakteri gram negative. Yang
didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau
sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga
pengecatan gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai
dinding sel seperti Mycoplasma sp (Waluyo, 2004).
Berhasil tidaknya suatu pewarnaan sangat ditentukan
oleh waktu pemberian warna dan umur biakan yang diwarnai (umur biakan yang baik
adalah 24 jam : Biakan muda). Bila digunakan biakan tua, terdapat kemungkinan
penyimpanan hasil pewarnaan gram. Pada biakan tua, banyak sel mengalami
kerusakan pada dinding-dinding selnya. Kerusakan pada dinding sel ini
menyebabkan zat warna dapat keluar sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Ini
berarti bahwa bakteri gram positif dengan dinding sel yang rusak tidak lagi
dapat mempertahankan crystal violet sehingga terlihat sebagai bakteri gram
negatif. Umumnya zat warna yang digunakan adalah garam-garam yang dibangun oleh
ion-ion yang bermuatan positif dan negatif dimana salah satu ion tersebut
berwarna. Zat warna dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat pewarna yang bersifat
asam dan basa. Jika ion yang mengandung warna adalah ion positif maka zat warna
tersebut disebut pewarna basa. Dan bila ion yang mengandung warna adalah ion
negatif maka zat warna tersebut disebut pewarna negatif (Hadiutomo. 1990).
Zat warna yang digunakan dalam pewarnaan bersifat basa dan asam. Pada zat warna
basa bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut disebut kromofor dan
memiliki muatan positif. Sebaliknya, pada zat warna asam bagian yang berperan
memberikan zat warna mempunyai muatan negatif zat warna basa lebih banyak
digunakan karena muatan negatif banyak ditemukan di dinding sel, membran sel
dan sitoplasma, sewaktu proses pewarnaan muatan positif pada zat warna basa
akan berkaitan dengan muatan negatif dalam sel, sehingga mikroorganisme lebih
jelas terlihat (Dwidjoseputro.1998).
Zat warna asam yang bermuatan negatif lazimnya tidak digunakan untuk mewarnai
mikroorganisme, namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai latar belakang
sediaan pewarnaan. Zat warna asam yang bermuatan negatif ini tidak dapat
berkaitan dengan muatan negatif yang terdapat pada struktur sel. Kadangkala zat
warna negatif digunakan untuk mewarnai bagian sel yang bermuatan positif, perlu
diperhatikan bahwa muatan dan daya ikat zat warna terhadap struktur sel dapat
berubah bergantung pada pH sekitarnya sewaktu proses pewarnaan
(Dwidjoseputro.1998).
Prosedur pewarnaan yang menghasilkan
pewarnaan mikroorganisme disebut pewarnaan positif dalam prosedur pewarnaan ini
dapat digunakan zat warna basa yang yang bermuatan positif maupun zat warna
asam yang bermuatan negatif. Sebaliknya pada pewarnaan negatif latar belakang
disekeliling mikroorganisme diwarnai untuk meningkatkan kontras dengan
mikroorganisme yang tak berwarna. Pewarnaan mencakup penyiapan mikroorganisme
dengan melakukan preparat ulas (Dwidjoseputro.1998)
Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat
ulasan bakteri di atas kaca objek. Ulasan ini kemudian difiksasi. Jumlah
bakteri yang terdapat pada ulasan haruslah cukup banyak sehingga dapat terlihat
bentuk dan penataanya sewaktu diamati. Kesalahan yang sering kali dibuat adalah
menggunakan suspensi bakteri yang terlalu padat terutama bila suspensi tersebut
berasal dari bukan media padat. Sebaliknya pada suatu suspensi bakteri bila
terlalu encer, maka akan diperoleh kesulitan sewaktu mencari bakteri pada
preparatnya (Sutedjo.1991).
Untuk pewarnaan yang mengamati
morfologi sel mikroorganisme maka seringkali setelah pembuatan preparat ulas
dilakukan fiksasi diikuti oleh pewarnaan. Fiksasi dapat dilakukan dengan cara
melewatkan preparat diatas api atau merendamnya dengan metanol. Fiksasi
digunakan untuk :
1.
Mengamati bakteri oleh karena sel bakteri lebih jelas terlihat setelah diwarnai
2.
Melekatkan bakteri pada glass objek
3.
Mematikan bakteri
Pada pewarnaan sederhana hanya
digunakan satu macam zat warna untuk meningkatkan kontras antara mikroorganisme
dan sekelilingnya. Lazim, prosedur pewarnaan ini menggunakan zat warna basa
seperti crystal violet, biru metilen, karbol fuchsin basa, safranin atau hijau
malakit. Kadang kala digunakan zat warna negatif untuk pewarnaan sederhana :
zat warna asam yang sering digunakan adalah nigrosin dan merah kongo. Prosedur
Pewarnaan sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini sering digunakan
untuk melihat bentuk ukuran dan penataan pada mikoorganisme bakteri pada
bakteri dikenal bentu yang bulat (coccus), batang (basil), dan spiral. Dengan
pewarnaan sederhana dapat juga terlihat penataan bakteri. Pada coccus dapat
terlihat pewarnaan seperti rantai (stertococcus), buah anggur (
staphylococcus), pasangan (diplococcus), bentuk kubus yang terdiri dari 4 atau
8 (saranae) (Lay.1994).
Beberapa mikroba sulit diwarnai
dengan zat warna yang bersifat basa, tetapi mudah dilihat dengan pewarnaan
negatif, pada metode ini mikroba dicampur dengan tinta cina atau nigrosin,
kemudian digesekkan diatas kaca objek.Zat warna tidak akan mewarnai bakteri,
akan tetapi mewarnai lingkungan sekitar bakteri. Dengan mikroskop mikroba akan
terlihat tidak berwarna dengan latar belakang hitam (Lay.1994).
BAB III
METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
1.
Biakan bakteri
2.
Pewarna A
3.
Peluntur C
4.
Pewarna D
5.
Alkohol 90%
6.
Gelas objek
7.
Tabung reaksi
8.
Ose
9.
Pinset
10. Stopwatch
11. Botol semprot
12. Lampu spiritus
13. Mikroskop
3.2
Cara Kerja
1.
Membuat suspensi
dari biakan bakteri yang telah disediakan dalam aquades steril
2.
Mengambil
suspensi secukupnya dan diletakan diatas gelas objek
3.
Melakukan
fiksasi dengan cara dilewatkan 3x diatas api
4.
Setelah kering,
menetesinya dengan pewarna A sebanyak 2 tetes, tunggu hingga kering
5.
Lalu membuang
bekas pewarna A yang telah mengering tadi. Lalu tetesi dengan pewarna B. Tunggu
hingga kering
6.
Kemudian
membilas bekas pewarna di gelas objek menggunakan aquades
7.
Lalu tetesi
gelas objek dengan peluntur C lalu didiamkan +- 10 menis lalu bilas lagi dengan
air biasa lalu tunggu hingga kering
8.
Gelas objek yang
telah kering tadi diamati dibawah mikroskop. Bakteri berwarna ungu adalah gram
positif dan merah adalah negatif
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengenalan
bakteri
|
Penataan
bakteri
|
Pewarnaan
gram
|
Bentuk :cirticular
Tepi
koloni rata
Struktur
smooth
Elevasi
low convex
|
Dua-dua
berpasangan
Bentuk
basil panjang
|
Warna sel
adlah unggu sehingga bakteri tersebut termasuk dalam kelompok gram positif
|
4.2 Pembahasan
Berdasarkan data diatas bahwa pada
pengamatan pengenalan bakteri praktikan mengamati empat ciri. Ciri-ciri bakteri
yang pertama kami amati adalah dari segi bentuk. Hasil pengamatan bakteri
termasuk bakteri dengan bentuk cirticular. Ciri bakteri yang kami amati adalah dari
segi tepi koloni pada bakteri. Hasil pengamatan tepi koloni pada bakteri adalah
tergolong bakteri yang bertepi koloni rata. Pengamatan untuk pengenalan bakteri
selanjutnya kami lihat dari segi struktur yang dimiliki oleh bakteri.
Berdasarkan pengmatan yang kami lakukan di ketahui bahwa bakteri memiliki
struktur smooth, ketika kita amati struktur tersebut dari atas. Untuk lebih
mengetahui bakteri, selanjutnya kami melakukan pengamatan dari segi elavasi
pada bakteri objek pengamatan kami. Berdasarkan pengamtan yang kami lakukan
bahwa elevasi pada bakteri ini cenderung tergolong dalam low convek. Pengamatan
mengenai elevasi untuk mendapatkan hasil maksimal harus di amati dari samping
sebab jika pengamatan dilakukan dari atas seperti pengamatan bentuk, tepi
koloni dan struktur bakteri, maka elavasi tidak bisa terlihat jelas. Pengamatan
terhadap elavasi dilakukan objek pengamatan sejajar dengan mata pengamat.
Pengamatan pada penataan bakteri,
cenderung berfokus pada bentuk bentuk bakteri dalam koloni tumbuh. Berdasarkan
data penataan bakteri dapat dibedakan penataan tungal artinya tiap bakteri
berdiri sendiri dalam koloni yang berjarak. penataan dua dua atau berpasangan
yang berarti ada pasangan bakteri yang berdekatan baru berjarak. Penataaan
berpasang tiga atau basil pendek artinya tiap bakteri bertata pasang tiga. Yang
terakhir penataan basil panjang bakteri berpasangan lebih dari tiga.
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan didapatkan data bahwa bakteri yang
kami amati memilki penataan dua-dua atau berpasangan pada tiap-tiap koloninya.
Pewarnaan gram pada praktikum ini
dilakukan pewarnaan gram positif. Pewarnaan gram yang dilakukan adalah
pewarnaan pada objek pengamatan atau bakteri. Pewarnaan pada objek pengamatan
dilakukan agar dalam pross pengamatan kita lebih mudah mengamatinya. Suatu
bakteri yang tidak dilakukan pewarnaan sebelum di amati, pada hasil pengamataan
cenderung tranparan. Bakteri yang dilakukan pewarnaan sebelum di amati akan
memiliki warna sesuai golongan gram bakteri tersebut. Pewarnaan terhadap
bakteri dilakukan dengan bantuan zat warna kristal violet yang memberikan warna
biru keungguan terhadap bakteri yang kita amati. Pewarna kedua yang biasa di
gunakan adalah safranin yaitu zat warna yang memberikan warna merah pada
bakteri yang kita amati. Suatu bakteri yang tergolong dalam bakteri gram
positif dalam pewarnaan akan terwarnai oleh kristal violet, sehingga bakteri
yang dalam kelompok gram positif pada pengamatan akan berwarna biru atau ke
ungguan. Suatu bakteri yang tergolong dalam bakteri gram negatif dalam
pewarnaan akan terwarnai oleh safranin, sehingga bakteri yang dalam kelompok
gram negatif pada pengamatan akan berwarna merah. Berdasarkan percobaan yang di
lakuakn bahwa hasil pewarnaan pada bakteri yang kami amati berwarna biru ke ungguan.
Hal ini berarti bahwa bakteri yang kami amati termasuk dalam gram positif.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Jenis-jenis pewarnaan pada kuman ada banyak macamnya, diantaranya pewarnaan
negatif, pewarnaan sederhana, pewarnaan tahan asam, pewarnaan structural /
khusus, dan pewarnaan diferensial. Sebelum
melakukan pewarnaan bakteri, kita harus membuat preparat oles bakteri. sebelum
preparat diolesi bakteri harus dilakukan fiksasi dulu.
Teknik
pewarnaan sederhana adalah teknik pewarnaan yang bertujuan untuk melihat bentuk
tunggal dan berkoloni dari suatu bakteri, sedangkan teknik pewarnaan gram
bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri termasuk dalam gram positif atau
negatif.
Bahan
pereaksi yang digunakan dalam pewarnaan gram adalah pewarna violet kristal,
lalu iodium/lugol, kemudian alkohol dan yang terakhir adalah pewarna safranin.
Perbedaan
antara bakteri gram positif dengan gram negatif setelah dilakukan pewarnaan
gram adalah: bakteri gram positif memberikan warna ungu, sedangkan gram negatif
memberikan warna merah dibawah mikroskop. Morfologi
yang ditunjukkan koloni kuman dapat diidentifikasi dengan metode piringan
goresan, metode piringan tuangan, metode tusukan agar tegak, metode agar miring
goresan, metode medium cair
5.2 Saran
Berhatil-hatilah bekerja dengan
mikroorganisme sseperti bakteri karena bisa saja bakteri tersebut bersifat
patogen. Gunakan selalu sarung tangan dan masker untuk menghindari kontak kulit
langsung dengan bakteri. Kemudian setelah pekerjaan selesai jangan lupa untuk
mencuci tangan dengan sabun lalu dengan antiseptik untu meminimalisir jumlah
kuman yang menempel di tangan kita.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar