Minggu, 14 Juni 2015

Laporan Praktikum Mikrobiologi Acara 8 “Pengenalan Bakteri Dan Pewarnaan Gram”



Laporan Praktikum Mikrobiologi

Acara 8
“Pengenalan Bakteri Dan Pewarnaan Gram”


10807913_378345308998827_1726366733_n.jpg

Disusun Oleh Kelompok 4
Nama                        : 1. Riski Meliya Ningsih        E1J014147
                                    2. Bayu Hilmi Hanif             E1J014166
                                    3. Damar Abiyatmo              E1J014120
                                    4. Medo Anggi Saputra        E1J014146
Hari/Tanggal             : Kamis, 7 Mei 2015
Shift                          : Kamis (12:00-14:00)
Dosen Pembimbing   : Ir. Djamilah, MP.
Co-As                       : Irma Suriyani



LABORATORIUM ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Bakteri memiliki beberapa macam bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, dan spirilum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil.Sedangkan pada coccus dibagi menjadi monococcus, diplococcus, sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah melengkung dan melengkung.

Melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaan yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarnaan. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa. Teknik Pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlaku.

1.2    Tujuan
Mahasiswa mampu mengamati dan menyiapkan preparat dan pewarnaan bakteri untuk keperluan karakterisasi


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengenalan bentuk mikroba (morfologi), kecuali mikroalgae harus dilakukan pewarnaan terlebih dahulu agar dapat diamati dengan jelas. Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna. Tujuan dari pewarnaan adalah untuk mempermudah pengamatan bentuk sel bakteri, memperluas ukuran jazad, mengamati struktur dalam dan luar sel bakteri, dan melihat reaksi jazad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik atau kimia jazad dapat diketahui (Hadiutomo. 1990).
Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884. Dengan metode ini. Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua yatu, bakteri gram positif dan bakteri gram negative. Yang didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp (Waluyo, 2004).
Berhasil tidaknya suatu pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu pemberian warna dan umur biakan yang diwarnai (umur biakan yang baik adalah 24 jam : Biakan muda). Bila digunakan biakan tua, terdapat kemungkinan penyimpanan hasil pewarnaan gram. Pada biakan tua, banyak sel mengalami kerusakan pada dinding-dinding selnya. Kerusakan pada dinding sel ini menyebabkan zat warna dapat keluar sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Ini berarti bahwa bakteri gram positif dengan dinding sel yang rusak tidak lagi dapat mempertahankan crystal violet sehingga terlihat sebagai bakteri gram negatif. Umumnya zat warna yang digunakan adalah garam-garam yang dibangun oleh ion-ion yang bermuatan positif dan negatif dimana salah satu ion tersebut berwarna. Zat warna dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat pewarna yang bersifat asam dan basa. Jika ion yang mengandung warna adalah ion positif maka zat warna tersebut disebut pewarna basa. Dan bila ion yang mengandung warna adalah ion negatif maka zat warna tersebut disebut pewarna negatif (Hadiutomo. 1990).
            Zat warna yang digunakan dalam pewarnaan bersifat basa dan asam. Pada zat warna basa bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut disebut kromofor dan memiliki muatan positif. Sebaliknya, pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna mempunyai muatan negatif zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak ditemukan di dinding sel, membran sel dan sitoplasma, sewaktu proses pewarnaan muatan positif pada zat warna basa akan berkaitan dengan muatan negatif dalam sel, sehingga mikroorganisme lebih jelas terlihat (Dwidjoseputro.1998).
            Zat warna asam yang bermuatan negatif lazimnya tidak digunakan untuk mewarnai mikroorganisme, namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai latar belakang sediaan pewarnaan. Zat warna asam yang bermuatan negatif ini tidak dapat berkaitan dengan muatan negatif yang terdapat pada struktur sel. Kadangkala zat warna negatif digunakan untuk mewarnai bagian sel yang bermuatan positif, perlu diperhatikan bahwa muatan dan daya ikat zat warna terhadap struktur sel dapat berubah bergantung pada pH sekitarnya sewaktu proses pewarnaan (Dwidjoseputro.1998).
Prosedur pewarnaan yang menghasilkan pewarnaan mikroorganisme disebut pewarnaan positif dalam prosedur pewarnaan ini dapat digunakan zat warna basa yang yang bermuatan positif maupun zat warna asam yang bermuatan negatif. Sebaliknya pada pewarnaan negatif latar belakang disekeliling mikroorganisme diwarnai untuk meningkatkan kontras dengan mikroorganisme yang tak berwarna. Pewarnaan mencakup penyiapan mikroorganisme dengan melakukan preparat ulas (Dwidjoseputro.1998)
Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat ulasan bakteri di atas kaca objek. Ulasan ini kemudian difiksasi. Jumlah bakteri yang terdapat pada ulasan haruslah cukup banyak sehingga dapat terlihat bentuk dan penataanya sewaktu diamati. Kesalahan yang sering kali dibuat adalah menggunakan suspensi bakteri yang terlalu padat terutama bila suspensi tersebut berasal dari bukan media padat. Sebaliknya pada suatu suspensi bakteri bila terlalu encer, maka akan diperoleh kesulitan sewaktu mencari bakteri pada preparatnya (Sutedjo.1991).
Untuk pewarnaan yang mengamati morfologi sel mikroorganisme maka seringkali setelah pembuatan preparat ulas dilakukan fiksasi diikuti oleh pewarnaan. Fiksasi dapat dilakukan dengan cara melewatkan preparat diatas api atau merendamnya dengan metanol. Fiksasi digunakan untuk :
1.      Mengamati bakteri oleh karena sel bakteri lebih jelas terlihat setelah diwarnai
2.      Melekatkan bakteri pada glass objek
3.      Mematikan bakteri
Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam zat warna untuk meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Lazim, prosedur pewarnaan ini menggunakan zat warna basa seperti crystal violet, biru metilen, karbol fuchsin basa, safranin atau hijau malakit. Kadang kala digunakan zat warna negatif untuk pewarnaan sederhana : zat warna asam yang sering digunakan adalah nigrosin dan merah kongo. Prosedur Pewarnaan sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini sering digunakan untuk melihat bentuk ukuran dan penataan pada mikoorganisme bakteri pada bakteri dikenal bentu yang bulat (coccus), batang (basil), dan spiral. Dengan pewarnaan sederhana dapat juga terlihat penataan bakteri. Pada coccus dapat terlihat pewarnaan seperti rantai (stertococcus), buah anggur ( staphylococcus), pasangan (diplococcus), bentuk kubus yang terdiri dari 4 atau 8 (saranae) (Lay.1994).
Beberapa mikroba sulit diwarnai dengan zat warna yang bersifat basa, tetapi mudah dilihat dengan pewarnaan negatif, pada metode ini mikroba dicampur dengan tinta cina atau nigrosin, kemudian digesekkan diatas kaca objek.Zat warna tidak akan mewarnai bakteri, akan tetapi mewarnai lingkungan sekitar bakteri. Dengan mikroskop mikroba akan terlihat tidak berwarna dengan latar belakang hitam (Lay.1994).
           



BAB III
METODOLOGI

3.1    Alat dan Bahan
1.      Biakan bakteri
2.      Pewarna A
3.      Peluntur C
4.      Pewarna D
5.      Alkohol 90%
6.      Gelas objek
7.      Tabung reaksi
8.      Ose
9.      Pinset
10.  Stopwatch
11.  Botol semprot
12.  Lampu spiritus
13.  Mikroskop

3.2    Cara Kerja
1.      Membuat suspensi dari biakan bakteri yang telah disediakan dalam aquades steril
2.      Mengambil suspensi secukupnya dan diletakan diatas gelas objek
3.      Melakukan fiksasi dengan cara dilewatkan 3x diatas api
4.      Setelah kering, menetesinya dengan pewarna A sebanyak 2 tetes, tunggu hingga kering
5.      Lalu membuang bekas pewarna A yang telah mengering tadi. Lalu tetesi dengan pewarna B. Tunggu hingga kering
6.      Kemudian membilas bekas pewarna di gelas objek menggunakan aquades
7.      Lalu tetesi gelas objek dengan peluntur C lalu didiamkan +- 10 menis lalu bilas lagi dengan air biasa lalu tunggu hingga kering
8.      Gelas objek yang telah kering tadi diamati dibawah mikroskop. Bakteri berwarna ungu adalah gram positif dan merah adalah negatif


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
                 
4.1  Hasil
Pengenalan bakteri
Penataan bakteri
Pewarnaan gram
Bentuk  :cirticular
Tepi koloni rata
Struktur smooth
Elevasi low convex
Dua-dua berpasangan
Bentuk basil panjang
Warna sel adlah unggu sehingga bakteri tersebut termasuk dalam kelompok gram positif

4.2  Pembahasan
Berdasarkan data diatas bahwa pada pengamatan pengenalan bakteri praktikan mengamati empat ciri. Ciri-ciri bakteri yang pertama kami amati adalah dari segi bentuk. Hasil pengamatan bakteri termasuk bakteri dengan bentuk cirticular. Ciri bakteri yang kami amati adalah dari segi tepi koloni pada bakteri. Hasil pengamatan tepi koloni pada bakteri adalah tergolong bakteri yang bertepi koloni rata. Pengamatan untuk pengenalan bakteri selanjutnya kami lihat dari segi struktur yang dimiliki oleh bakteri. Berdasarkan pengmatan yang kami lakukan di ketahui bahwa bakteri memiliki struktur smooth, ketika kita amati struktur tersebut dari atas. Untuk lebih mengetahui bakteri, selanjutnya kami melakukan pengamatan dari segi elavasi pada bakteri objek pengamatan kami. Berdasarkan pengamtan yang kami lakukan bahwa elevasi pada bakteri ini cenderung tergolong dalam low convek. Pengamatan mengenai elevasi untuk mendapatkan hasil maksimal harus di amati dari samping sebab jika pengamatan dilakukan dari atas seperti pengamatan bentuk, tepi koloni dan struktur bakteri, maka elavasi tidak bisa terlihat jelas. Pengamatan terhadap elavasi dilakukan objek pengamatan sejajar dengan mata pengamat.
Pengamatan pada penataan bakteri, cenderung berfokus pada bentuk bentuk bakteri dalam koloni tumbuh. Berdasarkan data penataan bakteri dapat dibedakan penataan tungal artinya tiap bakteri berdiri sendiri dalam koloni yang berjarak. penataan dua dua atau berpasangan yang berarti ada pasangan bakteri yang berdekatan baru berjarak. Penataaan berpasang tiga atau basil pendek artinya tiap bakteri bertata pasang tiga. Yang terakhir penataan basil panjang bakteri berpasangan lebih dari tiga. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan didapatkan data bahwa bakteri yang kami amati memilki penataan dua-dua atau berpasangan pada tiap-tiap koloninya.
Pewarnaan gram pada praktikum ini dilakukan pewarnaan gram positif. Pewarnaan gram yang dilakukan adalah pewarnaan pada objek pengamatan atau bakteri. Pewarnaan pada objek pengamatan dilakukan agar dalam pross pengamatan kita lebih mudah mengamatinya. Suatu bakteri yang tidak dilakukan pewarnaan sebelum di amati, pada hasil pengamataan cenderung tranparan. Bakteri yang dilakukan pewarnaan sebelum di amati akan memiliki warna sesuai golongan gram bakteri tersebut. Pewarnaan terhadap bakteri dilakukan dengan bantuan zat warna kristal violet yang memberikan warna biru keungguan terhadap bakteri yang kita amati. Pewarna kedua yang biasa di gunakan adalah safranin yaitu zat warna yang memberikan warna merah pada bakteri yang kita amati. Suatu bakteri yang tergolong dalam bakteri gram positif dalam pewarnaan akan terwarnai oleh kristal violet, sehingga bakteri yang dalam kelompok gram positif pada pengamatan akan berwarna biru atau ke ungguan. Suatu bakteri yang tergolong dalam bakteri gram negatif dalam pewarnaan akan terwarnai oleh safranin, sehingga bakteri yang dalam kelompok gram negatif pada pengamatan akan berwarna merah. Berdasarkan percobaan yang di lakuakn bahwa hasil pewarnaan pada bakteri yang kami amati berwarna biru ke ungguan. Hal ini berarti bahwa bakteri yang kami amati termasuk dalam gram positif.



BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
Jenis-jenis pewarnaan pada kuman ada banyak macamnya, diantaranya pewarnaan negatif, pewarnaan sederhana, pewarnaan tahan asam, pewarnaan structural / khusus, dan pewarnaan diferensial. Sebelum melakukan pewarnaan bakteri, kita harus membuat preparat oles bakteri. sebelum preparat diolesi bakteri harus dilakukan fiksasi dulu. Teknik pewarnaan sederhana adalah teknik pewarnaan yang bertujuan untuk melihat bentuk tunggal dan berkoloni dari suatu bakteri, sedangkan teknik pewarnaan gram bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri termasuk dalam gram positif atau negatif. Bahan pereaksi yang digunakan dalam pewarnaan gram adalah pewarna violet kristal, lalu iodium/lugol, kemudian alkohol dan yang terakhir adalah pewarna safranin. Perbedaan antara bakteri gram positif dengan gram negatif setelah dilakukan pewarnaan gram adalah: bakteri gram positif memberikan warna ungu, sedangkan gram negatif memberikan warna merah dibawah mikroskop. Morfologi yang ditunjukkan koloni kuman dapat diidentifikasi dengan metode piringan goresan, metode piringan tuangan, metode tusukan agar tegak, metode agar miring goresan, metode medium cair

5.2 Saran
Berhatil-hatilah bekerja dengan mikroorganisme sseperti bakteri karena bisa saja bakteri tersebut bersifat patogen. Gunakan selalu sarung tangan dan masker untuk menghindari kontak kulit langsung dengan bakteri. Kemudian setelah pekerjaan selesai jangan lupa untuk mencuci tangan dengan sabun lalu dengan antiseptik untu meminimalisir jumlah kuman yang menempel di tangan kita.


DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Hadioetomo, Ratna Siri.1990.Mikrobiologi dalam Praktek. Jakarta: Gramedia.

Lay, Bibiana.1994.Analisis Mikroba di Laboratorium.Jakarta : Rajawali

Sutedjo, Mul Mulyani.1991. Mikrobiologi Tanah.Jakarta : Rineka Cipta

Volk, W. A. dan Wheeler, M. F. 1993. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Waluyo,Lud.2004.Mikrobiologi Umum. Malang:  UMM Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar