Laporan
Praktikum Mikrobiologi
Acara 4
Kultivasi dan
Isolasi
“Acara Kultivasi
dan Isolasi Mikroorganisme dari Tanah”

Disusun Oleh
Kelompok 4
Nama :
1. Bayu Hilmi Hanif E1J014166
2. Damar Abiyatmo E1J014120
3. Medo Anggi Saputra E1J014146
4. Riski Meliya Ningsih E1J014147
Hari/Tanggal :
Kamis, 16 April 2015
Shift :
Kamis (12:00-14:00)
Dosen Pembimbing :
Ir. Djamilah, MP.
Co-As :
1. Irma Suriyani
2. Nelly Irawati Sinaga
LABORATORIUM
ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
BENGKULU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Alam sekitar kita baik udara, tanah, air juga dihuni mikroba.
Keanekaragaman populasi mikroba ini meliputi mikroba yang memiliki perbedaan
karakteristik maupun kegunaan. Dalam mengembangbiakan mikroba, diperlukan
berbagai teknik dan persyaratan fisik. Mulai dari mempersiapkan mediumnya
hingga urutan tata cara yang benar dalam menumbuhkan mikroba tersebut. Proses
inilah yang biasanya dikenal dengan istilah kultivasi mikroba.
Istilah pertumbuhan umumnya dipergunakan
bakteri dan mikroorganisme yang lainnya dan biasanya lebih mengacu pada
perubahan di dalam hasil panen sel dan bukanlah dilihat dari pertambahan jumlah
individu mikroorganisme tersebut. (Volk, 1993).
Untuk memelihara
suatu mikroorganisme yaitu bakteri atau jamur, dari media yang ada serta
membedakan bahwa setiap mikroorganisme memiliki peranan yang berbeda dalam
kehidupan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan. Setiap sel tunggal
mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan dan
tidak memerlukan tempat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan yang
dilakukan dalam percobaan ini, dan tingkat pembiakannya relatif cepat saat
inkubasi (Schlegel, 1994).
Saat ini media agar merupakan media yang sangat umum digunakan dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi. Media agar ini memungkinkan untuk
dilakukannya isolasi bakteri dari suatu sampel, karakterisasi morfologi, sampai
penghitungaan bakteri yang dikenal dengan nama total plate count. Bentuk
koloni bakteri dan warna-warninya mudah sekali dikenali dengan media ini dengan
cara mengubah komposisi nutrien atau menambahkan indikator (Achmad, 2007).
1.2 Tujuan
1. Melihat
macam-macam koloni mikroorganissme yang berasal dari tanah dengan variasi
kepekatan tanah
2. Memberikan
ketrampilan kepada mahasiswa, agar mampu menumbuhkan dan memisahkan bekteri
atau jamur dari keberadaannya didalam tanah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme
sebagai makhluk hidup sama dengan organisme hidup lainnya sangat memerlukan
energi dan bahan-bahan untuk membangun tubuhnya, seperti dalam sintesis protoplasma
dan bagian-bagian sel lainnya. Bahan-bahan tersebut disebut nutrien. Untuk
memanfaatkan bahan-bahan tersebut, maka sel melakukan suatu kegiatan-kegiatan,
sehingga menyebabkan perubahan kimia di dalam selnya. Semua reaksi yang teratah
yang berlangsung di dalam sel ini disebut metabolisme. Metabolisme yang
melibatkan berbagai macam reaksi di dalam sel tersebut, hanya dapat berlangsung
atas bantuan dari suatu senyawa organik yang disebut juga biokatalisator yang
dinamakan enzim (Buckle, 1985)).
Media adalah suatu bahan yang
terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrien) yang berguna untuk membiakkan
mikroba. Dengan menggunakan bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi,
perbanyakan, pengujian sifat fisiologis dan perhitungan sejumlah mikroba. (Sutedjo,
1990).
Media
berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji
sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses
pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk
menghindari kontaminasi pada media. Nutrien agar adalah medium umum untuk uji
air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari
mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof.
Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan
agar. (Fathir, 2009).
Bakteri
hidup sukar untuk dilihat dengan mikroskop cahaya biasa karena bakteri itu
tampak tidak berwarna jika diamati secara sendiri-sendiri, walaupun biakannya
secara keseluruhan mungkin berwarna. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan
terwarnai daripada dalam keadaan hidup. Yang dimaksud bakteri terwarnai adalah
organisme yang telah diwarnai dengan zat pewarna kimia agar mudah dilihat dan
dipelajari. Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran,
bentuk, susunan dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran (Volk,
1993).
Besar
kecilnya koloni, mengkilat tidaknya, halus kasarnya permukaan, dan warna koloni
merupakan sifat-sifat yang diperlukan dalam menentukan identifikasi spesies.
Warna bakteri baru tampak jelas, jika bakteri itu diamati dalam kelompok.
Kebanyakan bakteri mempunyai warna yang keputih-putihan, kelabu,
kekuning-kuningan, atau hampir bening, akan tetapi ada juga beberapa spesies
yang mempunyai pigmen warna yang lebih tegas. Adanya warna itu dipengaruhi juga
oleh factor-faktor luar seperti temperatur, pH, oksigen bebas. Ada beberapa
spesies yang memerlukan fosfat, ada spesies memerlukan sulfat guna menimbulkan
pigmentasi. Pada umumnya pigmen itu menetap di dalam sel selama bakteri itu
hidup; pigmen hijau pada Pseudomonas dapat larut dalam air serta meresap ke
dalam medium yang ditumbuhinya, setelah sel mati (Dwidjoseputro, 1994).
Fungi
atau cendawan adalah organisme hetrotrofik yang memerlukan senyawa organik
untuk nutrisinya. Morfologi jamur (fungi) dapat dilihat secara mikroskopis
sel-selnya. Jamur tersususn dari benang-benang sel panjang yang dihubungkan
dari ujung ke ujung. Benang-benang itu disebut hifa. Pengamatan secara
morfologi fungi baik secara makrokopis dapat dipakai untuk determinasi. Secar
mikroskopis, perlu diperhatikan ada tidaknya sekat pada hifa, percabangan hifa,
badan buah, dasar badan buah, sel kaki, dan bentuk spora (Volk, 1993).
Koloni
yang tumbuh di dalam suatu medium itu tidaklah selalu berasal dari satu sel
mikroorganisme, karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung untuk
berkelompok atau berabtai. Bila ditumbuhkan pada suatu medium dengan lingkungan
yang sesuai, maka kelompok bakteri ini hanya akan menghasilkan satu koloni
saja. Berdasarkan hal tersebut sering kali digunakan istilah Colony Forming
Units (CFU) yang digunakan untuk perhitungan jumlah mikroorganisme hidup
(Dwidjoseputro, 1994).
Metode kultivasi merupakan metode
untuk melipatgandakan jumlah mikroba dengan membiarkan mereka berkembang biak
dalam media biakan yang telah disiapkan di bawah kondisi laboratorium
terkendali. Kultur mikroba digunakan untuk menentukan jenis organisme dengan
kelimpahan dalam sampel yang diuji, atau keduanya. Ini adalah salah satu metode
mikrobiologi yang digunakan sebagai metode diagnosis untuk menentukan penyebab
penyakit infeksi dengan membiarkan agen infeksi berkembang biak dalam media
yang telah disiapkan, seperti yang tertuang dalam Postulat Koch.
Untuk berhasilnya kultivasi mikroba
diperlukan suatu kombinasi nutrisi serta lingkungan fisik yang sesuai. Ada
beberapa lingkungan fisik yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan mikroba
yaitu temperatur, kadar oksigen, pH, dan tekanan osmosis.
Secara kebetulan
seorang peneliti Jerman melihat bahwa koloni yang tumbuh pada kentang yang
telah direbus pada akhirnya dapat menemukan jalan untuk memisah menjadi
individu-individu. Caranya; mereka mengembangkan media spesifik untuk
menumbuhkan mikroorganisme. Media adalah substansi yang memenuhi kebutuhan nutrisi
mikroorganisme. Koch dan koleganyanya juga menunjukkan bahwa senyawa dari alga
yang disebut agar dapat membuat media menjadi padat. Richard J.Petri (1852 –
1921) membuat piringan kaca bertutup untuk menempatkan media agar alat tersebut
selanjutnya disebut Petri dish yang masih digunakan sampai sekarang. Pada tahun
1892, dengan menggunakan teknik biakan murni Koch dan anggotanya menemukan
agen-agen penyebab typus, dipteri,tetanus, pneumonia dan lain sebagainya. Koch
mengenalkan penggunaan binatang model untuk penyakit manusia dengan cara
menginjeksikan bakteri ke dalam mencit,kelinci, babi atau domba. Ia bahkan
menempelkan kamera pada mikroskopnya untuk mengambil gambar dan menggunakannya
sebagai bukti untuk menghilangkan keraguan. Membiakkan bakteri dapat dilakukan
dengan berbagi cara, salah satunya pengembangbiakan dalam media cawan petri.
Pengembangbiakan dalam cawan ini ada beberapa metode, yaitu :
1. Metode
cawan gores (streak plate)
Metode cawan gores cukup sulit bagi pemula, kesulitan
dari metode ini, yaitu proses penggoresan yang cukup lama dan sulit, sehingga
memudahkan terjadinya kontaminasi dan kegagalan. Prinsip metode ini, yaitu
mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah dari koloni yang lain, sehingga
mempermudah proses isolasi.
2. Metode
cawan tuang (pour plate)
Metode cawan tuang sangat mudah dilakukan. Metode
ini dilakukan dengan mengencerkan sumber isolat yang telah diketahui beratnya
ke dalam 9 ml garam fisiologis (NaCl 0.85%) atau larutan buffer fosfat. Larutan
ini berperan sebagi penyangga pH agar sel bakteri tidak rusak akibat menurunnya
pH lingkungan. Sekitar 1 ml suspensi dituang ke dalam cawan petri steril,
dilanjutkan dengan menuangkan media penyubur (nutrien agar) steril hangat
(40-50oC) kemudian ditutup rapat dan diletakkan dalam inkubator (37oC) selama
1-2 hari.
3. Metode cawan sebar (spread plate)
Metode ini cukup sulit terutama saat meratakan
suspensi dengan batang drygalski. Alih-alih koloni tumbuh merata, biakan justru
terkontaminasi. Oleh karena itu, batang drygalski harus benar-benar steril,
yaitu dengan mencelupkannya terlebih dahulu dalam alkohol kemudian dipanaskan
dengan api bunsen. Perlu diingat, batang drygalski, yang masih panas akibat
pemanasan dengan api bunsen, dapat merusak media agar, sehingga harus
didinginkan terlebih dahulu dengan meletakkannya di sekitar api bunsen (±15 cm)
dengan metode ini, satu sel bakteri akan tumbuh dan berkembang menjadi satu
koloni bakteri.
BAB III
METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
1.
Waterbath
2.
Cawan
petri
3.
Gelas
ukur
4.
Gelas
erlenmeyer
5.
Tabung
reaksi
6.
Batang
pengaduk
7.
Sampu
spiritus
8.
Entcase
9.
Stopwatch
10. Timbangan
11. Ruang inkubasi
|
1.
Medium kultur (PDA dan NA)
2.
NaCl 50%
3.
Na2CO3
10%
4.
Asam
asetat 1%
5.
Alkohol
6.
Aquades
7.
Tanah
rhizosfir
|
3.2
Cara Kerja
1.
Memanaskan medium kultur PDA dan NA
didalam waterbath sampai mencair
2.
Menimbang tanah seberat 1 gr lalu
memasukannya kedalam tabung reaksi 9 mL kemudian dikocok hingga homogen
3.
Mengambil 1 mL air dari tabung 1 dan
masukan kedalam tabung 2 kemudian kocok hingga homogen
4.
Mengambil 1 mL air lagi dari tabung 2
yang telah dikocok dan masukan kedalam tabung 3 kemudian kocok hingga homogen
5.
Mengambil lagi 1 mL air dari tabung 3
yang telah dikocok dan masukan kedalam tabung 4
6.
Mengulangi langkah 2-5 pada tabung yang
lain yang telah berisi air
7.
Menyiapkan 5 petridish steril, asam
asetat 1%, lampu spiritus, korek api, dan medium PDA yang telah mencair
8.
Menyemprotkan alkohol ke tangan
prektikan dan kedalam tabung inkubasi untuk sterilisasi lalu lap hingga bersih
tabung khusus PDA tersebut
9.
Menghidupkan lampu spiritus menggunakan korek
api
10. Membuka
pretidish 1 malu sterilkan menggunakan api
11. Meneteskan
asam asetat 1% sebanyak 2 tetes kedalam petridish tersebut
12. Memasukan
medium PDA yang telah cair tadi secukupnya dedalam petridish yang telah
ditetesi asam asetat tadi lalu ratakan dan tunggu hingga PDA memadat
13. Memasukan mikroorganisme menggunakan mikropipet
sebanyak 1 mL kedalam petridish
14. Melakukan langkah 10-13 pada petridish yang lain
15. Menyiapkan
5 petridish steril, NaCl 50%, Na2CO3 10%, lampu spiritus, korek api, dan medium NA yang
telah mencair
16. Menyemprotkan
alkohol ke tangan prektikan dan kedalam tabung inkubasi untuk sterilisasi lalu
lap hingga bersih tabung khusus NA tersebut
17. Menghidupkan
lampu spiritus menggunakan korek api
18. Membuka
pretidish 1 malu sterilkan menggunakan api
19. Meneteskan
NaCl 50% dan Na2CO3 10%,
sebanyak masing-masing 1 tetes kedalam petridish tersebut
20. Memasukan
medium NA yang telah cair tadi secukupnya dedalam petridish yang telah ditetesi
NaCl 50% dan Na2CO3 10%,
tadi lalu ratakan dan tunggu hingga NA memadat
21. Memasukan mikroorganisme menggunakan mikropipet
sebanyak 1 mL kedalam petridish
22. Melakukan langkah 18-21 pada petridish yang lain
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
A. Hasil
pada hari pembuatan medium
PDA :
1. Menyiapkan
5 petridish steril, asam asetat 1%, lampu spiritus, korek api, dan medium PDA
yang telah mencair.
2. Menyemprotkan
alkohol ke tangan prektikan dan kedalam tabung inkubasi untuk sterilisasi lalu
lap hingga bersih tabung khusus PDA tersebut
3. Menghidupkan
lampu spiritus menggunakan korek api
4. Membuka
pretidish 1 malu sterilkan menggunakan api
5. Meneteskan
asam asetat 1% sebanyak 2 tetes kedalam petridish tersebut
6. Memasukan
medium PDA yang telah cair tadi secukupnya dedalam petridish yang telah
ditetesi asam asetat tadi lalu ratakan dan tunggu hingga PDA memadat
7. Memasukan mikroorganisme menggunakan mikropipet
sebanyak 1 mL kedalam petridish
8. Melakukan langkah 4-7 pada petridish yang lain
NA :
1.
Menyiapkan 5 petridish steril, NaCl 50%,
Na2CO3 10%, lampu
spiritus, korek api, dan medium NA yang telah mencair
2.
Menyemprotkan alkohol ke tangan
prektikan dan kedalam tabung inkubasi untuk sterilisasi lalu lap hingga bersih
tabung khusus NA tersebut
3.
Menghidupkan lampu spiritus menggunakan
korek api
4.
Membuka pretidish 1 malu sterilkan
menggunakan api
5.
Meneteskan NaCl 50% dan Na2CO3
10%, sebanyak masing-masing 1 tetes
kedalam petridish tersebut
6.
Memasukan medium NA yang telah cair tadi
secukupnya dedalam petridish yang telah ditetesi NaCl 50% dan Na2CO3
10%, tadi lalu ratakan dan tunggu hingga
NA memadat
7.
Memasukan
mikroorganisme menggunakan mikropipet sebanyak 1 mL kedalam petridish
8.
Melakukan
langkah 4-7 pada petridish yang lain
Tanah
:
1.
Menimbang tanah seberat 1 gr lalu
memasukannya kedalam tabung reaksi 9 mL kemudian dikocok hingga homogen
2.
Mengambil 1 mL air dari tabung 1 dan
masukan kedalam tabung 2 kemudian kocok hingga homogen
3.
Mengambil 1 mL air lagi dari tabung 2
yang telah dikocok dan masukan kedalam tabung 3 kemudian kocok hingga homogen
4.
Mengambil lagi 1 mL air dari tabung 3
yang telah dikocok dan masukan kedalam tabung 4
5.
Mengulangi langkah 1-4 pada tabung yang
lain yang telah berisi air
B. Hasil
pada 2 hari petelah pembuatan medium (pengamatan)
ISOLASI
|
REISOLASI
|
Medium
PDA (jamur)
![]() |
Medium
PDA (jamur)
![]() |
Medium
NA (bakteri)
![]() |
Medium
NA (bakteri)
![]() |
4.2 Pembahasan
Mikroorganisme yang dikultivasikan pada percobaan
ini adalah bakteri dari media NA (Nutrien Agar), Jamur dari media PDA (Potato
Dekstroxe Agar), dan pengenceran tanah. Mula-mula untuk mengembangkan jamur
pada medium PDA dan bakteri pada medium
NA. Pertama melakukan penyiapkan 5 petridish steril, asam asetat 1%, lampu
spiritus, korek api, dan medium PDA yang telah mencair untuk PDA dan NA dengan
bahan yang sama ditambah NaCl 50% dan Na2CO3
10%. Kemudian menyemprotkan alkohol ke tangan praktikan dan kedalam tabung
inkubasi untuk sterilisasi lalu lap hingga bersih tabung khusus PDA dan khusus
NA tersebut. Lalu menghidupkan lampu
spiritus menggunakan korek api lalu membuka pretidish 1 malu sterilkan
menggunakan api. Kemudian meneteskan asam asetat 1% sebanyak 2 tetes kedalam
petridish tersebut lalu masukan medium PDA untuk PDA dan NaCl 50% dan Na2CO3
10%, masing-masing 1 tetes untuk medium
NA yang telah cair tadi secukupnya dedalam petridish yang telah ditetesi asam
asetat tadi lalu ratakan dan tunggu hingga PDA dan NA memadat, kemudian masukan mikroorganisme menggunakan mikropipet sebanyak
1 mL kedalam petridish. Melakukan ulang langkah diatas pada petridish yang lain
Pemanasan
peridish yang digunakan ini sebelum dan sesudahnya harus dibakar sempurna
dengan api. Hal ini dilakukan petridish dalam keadaan steril dan jauh dari
mikroorganisme pengganggu yang dapat mengkontaminasi medium dan membuat hasil
yang diinginkan menjadi tidak baik. Diupayakan pula agar selelu memanaskan
mulut tabung serta pinggiran cawan petri sebelum dan setelah melakukan
inokulasi agar tidak ada mikroba lain yang masuk melaluinya.
Setelah proses inokulasi selesai, tutup mulut tabung reaksi dengan kapas dan memplester cawan petri dengan plastik agar keduanya dalam keadaan tertutup saat dimasukkan dalam inkubator selama 48 jam (2 hari).
Setelah proses inokulasi selesai, tutup mulut tabung reaksi dengan kapas dan memplester cawan petri dengan plastik agar keduanya dalam keadaan tertutup saat dimasukkan dalam inkubator selama 48 jam (2 hari).
Mengisolasi
suatu mikroba adalah adalah memisahkan mikroba tersebut dari lingkungannnya di
alam bebas dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium buatan. Kultur
murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu
sel tunggal. Beberapa taknik mengisolasi mikroba adalah dengan sara goresan,
cara teburan/tuang, cara sebar, cara pengenceran, dan mikromanipulator.
Praktikum kali
ini adalah mempelajari teknik isolasi mikroba dengan cara tuang. Teknik tuang
dilakukan dalam wadah inkubator. Dengan menggunakan mikropipet. Secara garis
besar adalah berbentuk filiform dan sedikit tadak beraturan, dengan tepian
berbentuk wol dengan sarabut-serabut hifa. Warna yang nampak adalah hitam dan
elevasinya adalah tombol dan kawah. Saat dihitung menggunakan colony counter,
jumlah koloninya rata-rata tiap media ini 2-4, dan teknik isolasi mikroba
dengan cara tuang untuk bakteri lebih dari 650 koloni.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Kultivasi Mikroba bertujuan untuk mengetahui atau mempelajari sifat
pertumbuhan , morfologi, dan sifat fisiologis mikroba. Kultur mikroba digunakan
untuk menentukan jenis organisme, dengan kelimpahan dalam sampel yang diuji,
atau keduanya.
Lingkungan fisik yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan mikroba yaitu temperatur
atau suhu , kadar oksigen, pH dan tekanan osmosis.
Berdasarkan bentuk di kenal tiga jenis media yaitu media padat, semi
padat, dan cair. Berdasarkan susunan media dibagi atas 3 jenis media
yaitu media alami, sintetik, semi sintetik. Berdasarkan sifat media dibedakan
menjadi media umum, media pengaya , media selektif, media diferensial, dan
penguji.
Bahan atau alat yang digunakan untuk kultivasi mikroba harus dalam keadaan
steril atau peralatan tersebut bebas dari mikroba. Sterilisasi yang umum digunakan
dalam kultivasi mikroba adalah sterilisasi secara fisik , sterilisasi secara
kimia, dan sterilisasi secara mekanik.
Teknik kultivasi ada 3 yaitu teknik penyebaran (spreat plate teknik),
teknik goresan ( streak plate teknik), dan teknik lempeng tuang ( pour plate
teknik). Masing – masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing.
Di dalam tiap pertumbuhan biakan mikroba memiliki karakteristik tersendiri.
Karakteristik biakan dapat dilihat dari bentuk koloni, tepi koloni dan warna
koloni.
5.2 Saran
Mikroba memiliki ukuran yang sangat kecil, tetapi memiliki pengaruh yang
besar terhadap kehidupan, baik yang menguntungkan maupun merugikan. Maka dalam
melakukan kultivasi mikroba kita harus melihat apakah mikroba itu berbahaya
atau tidak, karena bila kita salah dalam melakukan kultivasi mikroba yang
berbahaya tersebut, mikroba tersebut bisa menyebar dan menginfeksi kita. Jadi
dalam melakukan kultivasi kita harus dapat memilih serta memilah mikroba mana
yang boleh kita biakan. Untuk melakukan kultivasi mikroba berbahaya,
memerlukan alat dan keahlian khusus, karena kultivasi mikroba tidak boleh
sembarangan dilakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad. Dinoto. 2007. Media Agar: Ide Besar Istri Peneliti. http://www.nvtech.com. Diakses
tanggal 22 April 2015
Buckle, K.A, dkk. 1985. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia:
Jakarta.
Dwidjoseputro. 1980. Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Penerbit Djambatan. Surabaya.
Fathir, Fuad. 2009. Media Pertumbuhan Mikroba. http://fuadfathir.multiply.com/journal/item/2.
Diakses pada tanggal 22 April 2015
Sutedjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta: Jakarta.
Volk, Wesley A. Dan Margaret F. Wheeler. 1993.
Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar