Laporan
Praktikum Mikrobiologi
Acara 8
MIKROBIOLOGI
WIRAUSAHA
“Pembuatan Nata
De Coco”

Disusun Oleh
Kelompok 4
Nama :
1. Riski Meliya Ningsih E1J014147
2. Bayu Hilmi Hanif E1J014166
3. Damar Abiyatmo E1J014120
4. Medo Anggi Saputra E1J014146
Hari/Tanggal :
Kamis, 02 April 2015
Shift :
Kamis (12:00-14:00)
Dosen Pembimbing :
Ir. Djamilah, MP.
Co-As :
Irma Suriyani
LABORATORIUM
ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
BENGKULU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kata
nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim. Nata diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin sebagai ‘natare’ yang
berarti terapung-apung. Nata dapat dibuat dari air kelapa, santan kelapa, tetes
tebu (molases), limbah cair tebu, atau sari buah (nanas, melon, pisang, jeruk,
jambu biji, strawberry dan lain-lain). Nata yang dibuat dari air kelapa disebut
nata de coco. Di Indonesia, nata de coco sering disebut sari air kelapa atau
sari kelapa. Nata de coco pertama kali berasal dari Filipina. (Sutarminingsih,
2004).
Nata De Coco merupakan jenis
komponen minuman yang terdiri dari senyawa selulosa (dietry fiber), yang dihasilkan
dari air kelapa melalui proses fermentasi, yang melibatkan jasad renik
(mikrobia), yang selanjutnya dikenal sebagai bibit nata. Pada prinsipnya untuk
menghasilkan nata de coco yang bermutu baik, maka perlu disediakan media yang
dapat mendukung aktivitas Acetobacter
xylinum untuk memproduksi selulosa
ekstra-seluler atau yang kemudian di sebut nata de coco.
Bibit nata adalah bakteri Acetobacter xylinum yang akan dapat membentuk serat nata jika ditumbuhkan
dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen melalui proses yang terkontrol.
Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat
menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada
air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang
akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai
nata. (Endang, 2010)
1.2 Tujuan
1.
Agar mahasiswa mampu membuat sendiri nata de coco
2. Agar
mahasiswa mampu memanfaatkan limbah secara mikrobiologis untuk dijadikan bahan
bernilai ekonomi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nata de Coco merupakan jenis makanan berserat yang dihasilkan Acetobacter xylinum dalam media cair
bergula sebagi susbtratnya. Nata de Coco merupakan makanan sehat kaya serat
yang banyak dikonsumsi sebagai makalanan pencuci mulut atau desert. Air kelapa
merupakan hasil samping pengolahan kelapa yang belum banyak dimanfaatkan dan
banyak dibuang sebagai limbah. Penanganan limbah air kelapa bertujuan agar
memperoleh nilai tambah secara ekonomi sekaligus menangani limbah air kelapa
tersebut. Air kelapa dapat dimanfaatkan sebagai substrat menghasilkan Nata de
Coco karena mengandung gula, mineral Mg2+, foktor pendukung
pertumbuhan (growt promoting factor) untuk A.xylinum.
Pembuatan Nata de Coco dengan menggunakan substrat air kelapa dilakukan dengan
cara menambahkan gula sukrosa (gula pasir), urea, asam asetat glasial atau asam
cuka dapur, sebanyak 16 ml/ liter air kelapa. Proses pembuatan Nata de Coco
melalui tahapan sebagai berikut; pemeliharaan dan peremajaan kultur A. xylinum, persiapan substrat,
persiapan starter, fermentasi, pemanenan hasil, pengolahan hasil dan pengemasan
hasil. Produk Nata de Coco diolah dengan menambahkan gula dan flavouring agent
yang disukai konsumen akan memberikan nilai tambah yang optimal. Pengemasan
terhadap produk Nata de Coco bertujuan;
(a). Mengawetkan produk agar bertahan lama tidak rusak,
(b). Memberikan
sentuhan nilai estetika terhadap produk sehingga memiliki daya tarik yang lebih
tinggi,
(c). Meningkatkan nilai tambah secara ekonomi terhadap produk,
(d). Memudahkan proses penyimpanan dan distribusi produk.(Waluyo, 2005)
Kelapa ( Cocos nucifera )
termasuk kedalam famili palmae (palem) yang merupakan salah satu kelas utama yang tergolong tumbuhan monokotiledon, famili
palmaemen cakup beberapa jenis tumbuhan yang bermanfaat bagi manusia, seperti
kurma, kelapa sawit, pinang, sagu, tebu, pohon aren, dan lainnya.
Semuanya dibedakan berdasarkan batangnya yang tidak bercabang yang di mahkotai
oleh daun menjarum yang bentuknya
menyerupai kipas.
Regnum : Plantae
Divisio :
Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Palmes
Familia : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera
Kelapa menghasilkan air
sebanyak 50 – 150 ml per butir. Air kelapa sangat baik digunakan sebagai
bahan dalam pembuatan nata, karena mengandung nutrisi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan, perkembang biakan,
dan aktivitas bibit nata yang berupa bakteri Acetobacter xylinum. Untuk Pertumbuhan dan aktivitasnya, Acetobacter
xylinum membutuhkan unsur makro dan mikro. Unsur makro terdiri atas karbon dan
nitrogen. Sebagian dari kebutuhan
akan karbon tersebut sudah dapat diperoleh dari dalam air kelapa
dalam bentuk karbohidrat sederhana, misalnya sukrosa, glukosa, fruktosa, dan
lain-lainnya. Sementara nitrogen juga dapat diperoleh dari protein yang terkandung dalam air kelapa, meskipun dalam jumlah yang kecil.
Namun meskipun sedikit, protein dalam air kelapa tersebut tersusun dari
asam-asam amino yang lengkap, yaitu sebanyak 17 macam asam amino. Bahkan
persentase beberapa macam asam amino yang meliputi arginin, alanin,
sistein, dan serin, ternyata lebih tinggi
daripada asam-asam amino dalam susu sapi. Kelengkapan asam-asam amino
dalam air kelapa ini sangat mendukung pertumbuhan,
perkembangan, dan aktivitas bibit nata Acetobacter xylinum.
Air kelapa yang baik
adalah yang diperoleh dari kelapa tua optimal, tidak terlalu tua dan tidak
pula terlalu muda. Dalam air kelapa yang terlalu tua, terkandung minyak dari kelapa yang dapat menghambat
pertumbuhan bibit nata Acetobacter xylinum. Sebaliknya,
air kelapa yang masih muda belum mengandung mineral yang cukup di dalamnya,
sehingga kurang baik apabila digunakan sebagai bahan pembuatan nata. (Indah,
2013)
Bakteri pembentuk nata termasuk
kedalam golongan Acetobacter. Acetobacter xylinum dapat dibedakan
dengan spesies yang lain karena sifatnya yang
bila ditumbuhkan pada medium yang kaya komponen gula, bakteri ini dapat memecah
komponen gula dan mampu membentuk suatu polisakarida yang dikenal dengan
selulosa ekstraseluler. Dalam medium
cair, Acetobacter xylinum mampu membentuk suatu lapisan yang dapat
mencapai ketebalan beberapa sentimeter. Bakteri terperangkap dalam benang – benang yang dibuatnya. Untuk
menghasilkan massa yang kokoh, kenyal, tebal, putih, dan tembus pandang
perlu diperhatikan suhu fermentasi (inkubasi), komposisi medium dan pH medium.
Klasifikasi ilmiah dari Acetobacter xylinum
Kerajaan : Bacteria
Filum :
Proteobacteria
Kelas : Alpha
Proteobacteria
Ordo : Rhodospirilia
Famili :
Pseudomonadaceae
Genus : Acetobacter
Spesies :Acetobacter
xylinum
Bakteri Acetobacter xylinum
mengalami pertumbuhan sel. Pertumbuhan sel didefinisikan sebagai pertumbuhan
secara teratur semua komponen di dalam selhidup. Bakteri Acetobacter xylinum mengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu
fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase
pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase menuju kematian, dan fase
kematian. (Sutarminingsing, 2005)
Berdasarkan
pada pengamatan morfologi, pembentukan nata oleh bakteri Acetobacter xylinum
diawali dengan pembentukan lembaran benang
– benang selulosa. Pembentukan benang tersebut, pada mulanya tampak seperti
flagel (cambuk pada bakteri umumnya). Selanjutnya, bakteri Acetobacter
xylinum membentuk mikrofibril
selulosa disekitar permukaan tubuhnya
hingga membentuk serabut selulosa yang sangat banyak dan dapat
mencapai ketebalan tertentu. Pada akhirnya, susunan selulosa tersebut akan tampak seperti lembaran putih transparan dengan
permukaan licin dan halus, yang disebut nata.
Nata de Coco dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan
cairan yang mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain. Beberapa
spesies yang termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa, namun
selama ini yang paling banyak dipelajari adalah A. xylinum. Bakteri A.
xylinum termasuk genus Acetobacter. Bakteri A. Xylinum bersifat Gram negatif, aerob, berbentuk batang pendek
atau kokus
Pemanfaatan limbah pengolahan kelapa berupa air kelapa merupakan cara
mengoptimalkan pemanfaatan buah kelapa. Limbah air kelapa cukup baik digunakan
untuk substrat pembuatan Nata de Coco. Dalam air kelapa terdapat berbagai
nutrisi yang bisa dimanfaatkan bakteri penghasil Nata de Coco. Nutrisi yang
terkandung dalam air kelapa antara lain : gula sukrosa 1,28%, sumber mineral Mg2+
3,54 gr/L serta adanya faktor pendukung pertumbuhan (growth promoting factor)
merupakan senyawa yang mampu meningkatkan pertumbuhan bakteri penghasil nata (A. xylinum) (Indah, 2013).
BAB III
METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
1. Botol marjan 4 buah
2. Karet Gelang
3. Kertas Koran
4. Kompor gas
5. Panci
6. Timbangan digital
7. Gelas ukur besar
8. Saringan air kelapa
9. Wadah/nampan
10. Pengaduk
|
1. 10 liter air kelapa
2. Gula 100 gr
3. ZA 50 gr/L
4. Urea 25 ml
5. Asam asetat 100 ml
|
3.2
Cara Kerja
1.
Menyaring air
kelapa dengan menggunakan kain saring bersih
2.
Memanaskan air
kelapa sambil ditambahkan sukrosa sebanyak 100 gr, ZA sebanyak50 gr/L, asam
asetat 98% sebanyak 100 ml, dan Urea 25 ml, lalu mengaduknya hingga homogen dan
air kelapa mendidih
3.
Memasukan cairan kebotol bening 2/3 bagian, lalu menutupnya
dengan koran, kemudian mengikatnya dengan karet gelang (untuk biang periode
berikutnya)
4.
Memasukan air kelapa kedalam nampan 1 L, dengan ketinggian 1,5
cm, dan menutupnya menggunakan koran bekas, lalu menyusunnya di tempat datar
5.
Memasukan biang (bibit nata) kurang lebih 100 ml setiap nampan
setelah dingin, membiarkannya selama 1 minggu, dan jangan digoyang untuk
menghindari nata tidak berlapis
6.
Hari yang sama pada minggu berikutnya nata siap dipanen
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
A.
Pada hari pembuatan
1.
Menyaring air
kelapa dengan menggunakan kain saring bersih
2.
Memanaskan air
kelapa sambil ditambahkan sukrosa sebanyak 100 gr, ZA sebanyak50 gr/L, asam
asetat 98% sebanyak 100 ml, dan Urea 25 ml, lalu mengaduknya hingga homogen dan
air kelapa mendidih
3.
Memasukan cairan kebotol bening 2/3 bagian, lalu menutupnya
dengan koran, kemudian mengikatnya dengan karet gelang (untuk biang periode
berikutnya)
4.
Memasukan air kelapa kedalam nampan 1 L, dengan ketinggian 1,5
cm, dan menutupnya menggunakan koran bekas, lalu menyusunnya di tempat datar
5.
Memasukan biang (bibit nata) kurang lebih 100 ml setiap nampan
setelah dingin, membiarkannya selama 1 minggu, dan jangan digoyang untuk
menghindari nata tidak berlapis
6.
Hari yang sama pada minggu berikutnya nata siap dipanen
B. Pada hari pengamatan (setelah 7 hari didiamkan)
Bahan Baku
|
Cairan Awal (mL)
|
Lama Peram
|
Warna
|
Tekstur
|
Tebal Lapisan
|
Sisa Cairan (mL)
|
Air Kelapa
|
10 mL
|
1 inggu
|
Putih
|
Cair
|
Masih dalam bentuk
cairan
|
Masih 10 mL
|
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan, diperoleh hasil pembuatan nata de coco pada shift kami yaitu
tetap seperti cairan pada hari pertama pembuatan dalam hal ini prantikan GAGAL.
Dalam pembuatan nata de coco kali ini menggunakan bakteri Acetobacter
xylinum dengan bahan baku utama dalam pembuatan nata de coco adalah air
kelapa.
Bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada pH
3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3, sedangkan suhu ideal bagi
pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum pada suhu 28°– 31 °C.
Bakteri Acetobacter xylinum ini akan dapat membentuk serat
nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan
nitrogen melalui proses yang terkontrol.
Nata de Coco dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan
cairan yang mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain. Beberapa
spesies yang termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa, namun
selama ini yang paling banyak dipelajari adalah Acetobacter xylinum.
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan terhadap pembuatan nata de
coco yang kami lakukan mengalami kegagalan. Kami beranggapan bahwa
ketidakberhasilan dalam pembuatan nata de coco kali ini dikarenakan beberapa
hal, seperti suhu yang tidak optimal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter
xylinum. Selain itu sewaktu pembuatan nata de coco tersebut para praktikan
banyak melakukan hal-hal yang tidak diperlukan sehingga memungkinkan dalam pembuatan nata de
coco tersebut terkontaminasi oleh bakteri yang lain seperti wadah
yang digunakan sebaiknya dibersihkan dahulu misal dengan air panas, juga
ruangan sebaiknya tidak tercampur dengan proses lain yang dapat mengganggu.
jangan inkubasi di tempat yang untuk lalu lalang karena proses tidak
benar-benar steril sehingga kontaminan menjadi mudah muncul. (Endang, 2010) Sehingga dari situlah kami
menyimpulkan penyebab pembuatan nata de coco tersebut tidak berhasil/ gagal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari praktikum kami ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa cara pembuatan Nata
de Coco sangatlah mudah. Namun dalam pelaksanaannya harus teliti dalam bahan
dan ukuran bahan. Selain itu, masyarakat juga lebih tahu bahwa limah air kelapa
yang berbau busuk dapat menjadi makanan yang mengandung banyak serat dan layak
konsumsi.
Kemudian waktu pemberian bakteri Acetobacter Xylinum juga
berpengaruh terhadap berhasil tidaknya sebuah pembuatan Nata de Coco. Yaitu
setelah didiamkan selama satu hari setelah penuangan adonan ke dalam nampan.
Kesimpulan lainnya yang dapat ditarik dari gagalnya praktikum kami kali ini
adalah wadah
yang digunakan sebaiknya dibersihkan dahulu misal dengan air panas, juga
ruangan sebaiknya tidak tercampur dengan proses lain yang dapat mengganggu.
jangan inkubasi di tempat yang untuk lalu lalang karena proses tidak benar-benar
steril sehingga kontaminan menjadi mudah muncul.
5.2 Saran
Pada praktikum ini diperlukan ketelitian dalam melakukannya, karena jika
ada salah satu cara kerja yang tidak dilakukan dengan baik maka dapat
menimbulkan kegagalan dalam pembuatan Nata de Coco tersebut. Selain cara kerja,
hal lain yang membutuhkan ketelitian adalah ketika proses pencampuran bahan.
Kesabaran juga diperlukan ketika proses perebusan bahan, karena proses
perebusan bisa memakan waktu lama. Takaran atau ukuran dari bahan yang akan
dimasukkan ke dalam panci juga harus sesuai. Setelahnya, larutan yang telah
dimasukkan ke dalam nampan harus dijaga dari goyangan dan bakteri lain sehingga
tidak terkontaminasi. Karena hal tersebut dapat menyebabkan kegagalan terhadap
pembuatan Nata de Coco.
DAFTAR
PUSTAKA
http://bioindustri.blogspot.com/2008/05/kemampuan-bakteri-acetobacter-xylinum.html
(diakses pada hari Rabu, 15 April 2015)
Indah Nur Kasanah,
2013. http://indah-smart.blogspot.com/2013/01/nata-de-coco.html
(diakses pada hari Rabu, 15 April 2015)
Novrischa, Dinda. 2010. Nata.
http://dindan.blogspot.com/nata/2010.html (diakses
pada hari Rabu, 15 April 2015)
Purnomo,
Bambang, 2015. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Fakultas Pertanian UNIB.
Bengkulu.
Suarsini,
Endang. 2010. Bioremediasi Limbah Air kelapa Sebagai Bahan Baku Pembuatan
Nata De coco. Malang. FMIPA UM.
Sutarminingsih,
2004. http://www.natadecocoindonesia.com (diakses pada hari Rabu, 15 April
2015)
Waluyo, L.2005. Mikrobiologi Umum.cet. kedua. UMM
Press. Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar