Minggu, 14 Juni 2015

Laporan Praktikum Mikrobiologi Acara 8 MIKROBIOLOGI WIRAUSAHA “Pembuatan Nata De Coco”



Laporan Praktikum Mikrobiologi

Acara 8
MIKROBIOLOGI WIRAUSAHA
“Pembuatan Nata De Coco”

10807913_378345308998827_1726366733_n.jpg

Disusun Oleh Kelompok 4
Nama                        : 1. Riski Meliya Ningsih        E1J014147
                                    2. Bayu Hilmi Hanif             E1J014166
                                    3. Damar Abiyatmo              E1J014120
                                    4. Medo Anggi Saputra        E1J014146
Hari/Tanggal             : Kamis, 02 April 2015
Shift                          : Kamis (12:00-14:00)
Dosen Pembimbing   : Ir. Djamilah, MP.
Co-As                       : Irma Suriyani



LABORATORIUM ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim. Nata diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai ‘natare’ yang berarti terapung-apung. Nata dapat dibuat dari air kelapa, santan kelapa, tetes tebu (molases), limbah cair tebu, atau sari buah (nanas, melon, pisang, jeruk, jambu biji, strawberry dan lain-lain). Nata yang dibuat dari air kelapa disebut nata de coco. Di Indonesia, nata de coco sering disebut sari air kelapa atau sari kelapa. Nata de coco pertama kali berasal dari Filipina. (Sutarminingsih, 2004).

Nata De Coco merupakan jenis komponen minuman yang terdiri dari senyawa selulosa (dietry fiber), yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi, yang melibatkan jasad renik (mikrobia), yang selanjutnya dikenal sebagai bibit nata. Pada prinsipnya untuk menghasilkan nata de coco yang bermutu baik, maka perlu disediakan media yang dapat mendukung aktivitas Acetobacter xylinum untuk memproduksi selulosa ekstra-seluler atau yang kemudian di sebut nata de coco.
Bibit nata adalah bakteri Acetobacter xylinum yang akan dapat membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata. (Endang, 2010)

1.2    Tujuan
1.      Agar mahasiswa mampu membuat sendiri nata de coco
2.      Agar mahasiswa mampu memanfaatkan limbah secara mikrobiologis untuk dijadikan bahan bernilai ekonomi




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Nata de Coco merupakan jenis makanan berserat yang dihasilkan Acetobacter xylinum dalam media cair bergula sebagi susbtratnya. Nata de Coco merupakan makanan sehat kaya serat yang banyak dikonsumsi sebagai makalanan pencuci mulut atau desert. Air kelapa merupakan hasil samping pengolahan kelapa yang belum banyak dimanfaatkan dan banyak dibuang sebagai limbah. Penanganan limbah air kelapa bertujuan agar memperoleh nilai tambah secara ekonomi sekaligus menangani limbah air kelapa tersebut. Air kelapa dapat dimanfaatkan sebagai substrat menghasilkan Nata de Coco karena mengandung gula, mineral Mg2+, foktor pendukung pertumbuhan (growt promoting factor) untuk A.xylinum. Pembuatan Nata de Coco dengan menggunakan substrat air kelapa dilakukan dengan cara menambahkan gula sukrosa (gula pasir), urea, asam asetat glasial atau asam cuka dapur, sebanyak 16 ml/ liter air kelapa. Proses pembuatan Nata de Coco melalui tahapan sebagai berikut; pemeliharaan dan peremajaan kultur A. xylinum, persiapan substrat, persiapan starter, fermentasi, pemanenan hasil, pengolahan hasil dan pengemasan hasil. Produk Nata de Coco diolah dengan menambahkan gula dan flavouring agent yang disukai konsumen akan memberikan nilai tambah yang optimal. Pengemasan terhadap produk Nata de Coco bertujuan;
(a). Mengawetkan produk agar bertahan lama tidak rusak,
(b). Memberikan sentuhan nilai estetika terhadap produk sehingga memiliki daya tarik yang lebih tinggi,
(c). Meningkatkan nilai tambah secara ekonomi terhadap produk,
(d). Memudahkan proses penyimpanan dan distribusi produk.(Waluyo, 2005)
Kelapa ( Cocos nucifera ) termasuk kedalam famili palmae (palem) yang merupakan salah satu kelas utama yang tergolong tumbuhan monokotiledon, famili palmaemen cakup beberapa jenis tumbuhan yang bermanfaat bagi manusia, seperti kurma, kelapa sawit, pinang, sagu, tebu, pohon aren, dan lainnya. Semuanya dibedakan berdasarkan batangnya yang tidak bercabang yang di mahkotai oleh daun menjarum yang  bentuknya  menyerupai kipas.
Regnum                :  Plantae
Divisio                   : Spermatophyta
Kelas                      : Monocotyledoneae
Ordo                : Palmes
Familia                   : Palmae
Genus                    : Cocos
Spesies                   : Cocos nucifera
Kelapa menghasilkan air sebanyak 50 – 150 ml per butir. Air kelapa sangat baik digunakan sebagai bahan dalam pembuatan nata, karena mengandung nutrisi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan, perkembang biakan, dan aktivitas bibit nata yang berupa bakteri Acetobacter xylinum. Untuk Pertumbuhan dan aktivitasnya, Acetobacter xylinum membutuhkan unsur makro dan mikro. Unsur makro terdiri atas karbon dan  nitrogen. Sebagian dari kebutuhan  akan karbon tersebut sudah dapat diperoleh dari dalam air kelapa dalam bentuk karbohidrat sederhana, misalnya sukrosa, glukosa, fruktosa, dan lain-lainnya. Sementara nitrogen juga dapat diperoleh dari protein yang terkandung dalam air  kelapa, meskipun dalam jumlah yang kecil. Namun meskipun sedikit, protein dalam air kelapa tersebut tersusun dari asam-asam amino yang lengkap, yaitu sebanyak 17 macam asam amino. Bahkan persentase beberapa macam asam amino yang meliputi arginin, alanin, sistein, dan serin, ternyata lebih tinggi daripada asam-asam amino dalam susu sapi. Kelengkapan asam-asam amino dalam air kelapa ini sangat mendukung pertumbuhan, perkembangan, dan aktivitas bibit nata Acetobacter xylinum.
Air kelapa yang baik adalah yang diperoleh dari kelapa tua optimal, tidak terlalu tua dan tidak pula terlalu muda. Dalam air kelapa yang terlalu tua, terkandung minyak dari kelapa yang dapat menghambat pertumbuhan bibit nata Acetobacter  xylinum. Sebaliknya, air kelapa yang masih muda  belum  mengandung mineral yang cukup di dalamnya, sehingga kurang baik apabila digunakan sebagai bahan pembuatan nata. (Indah, 2013)
Bakteri pembentuk nata termasuk kedalam golongan Acetobacter. Acetobacter xylinum dapat dibedakan dengan spesies yang lain karena sifatnya yang bila ditumbuhkan pada medium yang kaya komponen gula, bakteri ini dapat memecah komponen gula dan mampu membentuk suatu polisakarida yang dikenal dengan selulosa ekstraseluler. Dalam medium cair, Acetobacter xylinum mampu membentuk suatu lapisan yang dapat mencapai ketebalan beberapa sentimeter. Bakteri terperangkap dalam benang – benang yang dibuatnya. Untuk menghasilkan massa yang kokoh, kenyal, tebal, putih, dan tembus pandang perlu diperhatikan suhu fermentasi (inkubasi), komposisi medium dan pH medium.
Klasifikasi ilmiah dari Acetobacter xylinum
Kerajaan                : Bacteria
Filum                      : Proteobacteria
Kelas                      : Alpha Proteobacteria
Ordo                : Rhodospirilia
Famili                     : Pseudomonadaceae
Genus                    : Acetobacter
Spesies             :Acetobacter xylinum
Bakteri Acetobacter xylinum mengalami pertumbuhan sel. Pertumbuhan sel didefinisikan sebagai pertumbuhan secara teratur semua komponen di dalam selhidup. Bakteri Acetobacter xylinum mengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase menuju kematian, dan fase kematian. (Sutarminingsing, 2005)
Berdasarkan pada pengamatan morfologi, pembentukan nata oleh bakteri Acetobacter xylinum diawali dengan pembentukan lembaran benang – benang selulosa. Pembentukan benang tersebut, pada mulanya tampak seperti flagel (cambuk pada bakteri umumnya). Selanjutnya, bakteri Acetobacter  xylinum membentuk mikrofibril selulosa disekitar permukaan tubuhnya hingga membentuk serabut selulosa yang sangat banyak dan dapat mencapai ketebalan tertentu. Pada akhirnya, susunan selulosa tersebut akan tampak seperti lembaran putih transparan dengan permukaan licin dan halus, yang disebut nata.
Nata de Coco dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan cairan yang mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain. Beberapa spesies yang termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa, namun selama ini yang paling banyak dipelajari adalah A. xylinum. Bakteri A. xylinum termasuk genus Acetobacter. Bakteri A. Xylinum bersifat Gram negatif, aerob, berbentuk batang pendek atau kokus
Pemanfaatan limbah pengolahan kelapa berupa air kelapa merupakan cara mengoptimalkan pemanfaatan buah kelapa. Limbah air kelapa cukup baik digunakan untuk substrat pembuatan Nata de Coco. Dalam air kelapa terdapat berbagai nutrisi yang bisa dimanfaatkan bakteri penghasil Nata de Coco. Nutrisi yang terkandung dalam air kelapa antara lain : gula sukrosa 1,28%, sumber mineral Mg2+ 3,54 gr/L serta adanya faktor pendukung pertumbuhan (growth promoting factor) merupakan senyawa yang mampu meningkatkan pertumbuhan bakteri penghasil nata (A. xylinum) (Indah, 2013).




BAB III
METODOLOGI

3.1    Alat dan Bahan
Alat
Bahan
1. Botol marjan 4 buah
2. Karet Gelang
3. Kertas Koran
4. Kompor gas
5. Panci
6. Timbangan digital
7. Gelas ukur besar
8. Saringan air kelapa
9. Wadah/nampan
10. Pengaduk
1. 10 liter air kelapa
2. Gula 100 gr
3. ZA 50 gr/L
4. Urea 25 ml
5. Asam asetat 100 ml



3.2    Cara Kerja
1.      Menyaring air kelapa dengan menggunakan kain saring bersih
2.      Memanaskan air kelapa sambil ditambahkan sukrosa sebanyak 100 gr, ZA sebanyak50 gr/L, asam asetat 98% sebanyak 100 ml, dan Urea 25 ml, lalu mengaduknya hingga homogen dan air kelapa mendidih
3.      Memasukan cairan kebotol bening 2/3 bagian, lalu menutupnya dengan koran, kemudian mengikatnya dengan karet gelang (untuk biang periode berikutnya)
4.      Memasukan air kelapa kedalam nampan 1 L, dengan ketinggian 1,5 cm, dan menutupnya menggunakan koran bekas, lalu menyusunnya di tempat datar
5.      Memasukan biang (bibit nata) kurang lebih 100 ml setiap nampan setelah dingin, membiarkannya selama 1 minggu, dan jangan digoyang untuk menghindari nata tidak berlapis
6.      Hari yang sama pada minggu berikutnya nata siap dipanen



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
A. Pada hari pembuatan
1.      Menyaring air kelapa dengan menggunakan kain saring bersih
2.      Memanaskan air kelapa sambil ditambahkan sukrosa sebanyak 100 gr, ZA sebanyak50 gr/L, asam asetat 98% sebanyak 100 ml, dan Urea 25 ml, lalu mengaduknya hingga homogen dan air kelapa mendidih
3.      Memasukan cairan kebotol bening 2/3 bagian, lalu menutupnya dengan koran, kemudian mengikatnya dengan karet gelang (untuk biang periode berikutnya)
4.      Memasukan air kelapa kedalam nampan 1 L, dengan ketinggian 1,5 cm, dan menutupnya menggunakan koran bekas, lalu menyusunnya di tempat datar
5.      Memasukan biang (bibit nata) kurang lebih 100 ml setiap nampan setelah dingin, membiarkannya selama 1 minggu, dan jangan digoyang untuk menghindari nata tidak berlapis
6.      Hari yang sama pada minggu berikutnya nata siap dipanen
B. Pada hari pengamatan (setelah 7 hari didiamkan)
Bahan Baku
Cairan Awal (mL)
Lama Peram
Warna
Tekstur
Tebal Lapisan
Sisa Cairan (mL)
Air Kelapa
10 mL
1  inggu
Putih
Cair
Masih dalam bentuk cairan
Masih 10 mL

4.2 Pembahasan
            Dari hasil pengamatan, diperoleh hasil pembuatan nata de coco pada shift kami yaitu tetap seperti cairan pada hari pertama pembuatan dalam hal ini prantikan GAGAL. Dalam pembuatan nata de coco kali ini menggunakan bakteri Acetobacter xylinum dengan bahan baku utama dalam pembuatan nata de coco adalah air kelapa.
Bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3, sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum pada suhu 28°– 31 °C. Bakteri  Acetobacter xylinum ini akan dapat membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen melalui proses yang terkontrol.   
Nata de Coco dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan cairan yang mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain. Beberapa spesies yang termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa, namun selama ini yang paling banyak dipelajari adalah Acetobacter xylinum.
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan terhadap pembuatan nata de coco yang kami lakukan mengalami kegagalan. Kami beranggapan bahwa ketidakberhasilan dalam pembuatan nata de coco kali ini dikarenakan beberapa hal, seperti suhu yang tidak optimal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum. Selain itu sewaktu pembuatan nata de coco tersebut para praktikan banyak melakukan hal-hal yang tidak diperlukan  sehingga memungkinkan dalam pembuatan nata de coco tersebut terkontaminasi oleh bakteri yang lain seperti wadah yang digunakan sebaiknya dibersihkan dahulu misal dengan air panas, juga ruangan sebaiknya tidak tercampur dengan proses lain yang dapat mengganggu. jangan inkubasi di tempat yang untuk lalu lalang karena proses tidak benar-benar steril sehingga kontaminan menjadi mudah muncul. (Endang, 2010) Sehingga dari situlah kami menyimpulkan penyebab pembuatan nata de coco tersebut tidak berhasil/ gagal.











BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  Kesimpulan
Dari praktikum kami ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa cara pembuatan Nata de Coco sangatlah mudah. Namun dalam pelaksanaannya harus teliti dalam bahan dan ukuran bahan. Selain itu, masyarakat juga lebih tahu bahwa limah air kelapa yang berbau busuk dapat menjadi makanan yang mengandung banyak serat dan layak konsumsi.
Kemudian waktu pemberian bakteri Acetobacter Xylinum juga berpengaruh terhadap berhasil tidaknya sebuah pembuatan Nata de Coco. Yaitu setelah didiamkan selama satu hari setelah penuangan adonan ke dalam nampan.
Kesimpulan lainnya yang dapat ditarik dari gagalnya praktikum kami kali ini adalah wadah yang digunakan sebaiknya dibersihkan dahulu misal dengan air panas, juga ruangan sebaiknya tidak tercampur dengan proses lain yang dapat mengganggu. jangan inkubasi di tempat yang untuk lalu lalang karena proses tidak benar-benar steril sehingga kontaminan menjadi mudah muncul.

5.2 Saran
Pada praktikum ini diperlukan ketelitian dalam melakukannya, karena jika ada salah satu cara kerja yang tidak dilakukan dengan baik maka dapat menimbulkan kegagalan dalam pembuatan Nata de Coco tersebut. Selain cara kerja, hal lain yang membutuhkan ketelitian adalah ketika proses pencampuran bahan.
Kesabaran juga diperlukan ketika proses perebusan bahan, karena proses perebusan bisa memakan waktu lama. Takaran atau ukuran dari bahan yang akan dimasukkan ke dalam panci juga harus sesuai. Setelahnya, larutan yang telah dimasukkan ke dalam nampan harus dijaga dari goyangan dan bakteri lain sehingga tidak terkontaminasi. Karena hal tersebut dapat menyebabkan kegagalan terhadap pembuatan Nata de Coco.




DAFTAR PUSTAKA

http://bioindustri.blogspot.com/2008/05/kemampuan-bakteri-acetobacter-xylinum.html (diakses pada hari Rabu, 15 April 2015)
Novrischa, Dinda. 2010. Nata. http://dindan.blogspot.com/nata/2010.html (diakses pada hari Rabu, 15 April 2015)
Purnomo, Bambang, 2015. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Fakultas Pertanian UNIB. Bengkulu.
Suarsini, Endang. 2010. Bioremediasi Limbah Air kelapa Sebagai Bahan Baku Pembuatan Nata De coco. Malang. FMIPA UM.
Sutarminingsih, 2004. http://www.natadecocoindonesia.com (diakses pada hari Rabu, 15 April 2015)
Waluyo, L.2005. Mikrobiologi Umum.cet. kedua. UMM Press. Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar