Minggu, 14 Juni 2015

Laporan Praktikum Genetika Acara 3 Hukum Mendel I




Laporan Praktikum Genetika

Acara 3
Hukum Mendel I


10807913_378345308998827_1726366733_n.jpg

                                                                             
Disusun Oleh :
Nama                           : Riski Meliya Ningsih
NPM                            : E1J014147
Hari/Tanggal                : Senin, 2 Maret 2015
Shift                             : Senin (10:00-12:00)
Kelompok                    : 3
Dosen Pembimbing     : Dwi Wahyuni Ganevianti
Co-As                          : Paulina Situmorang



LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Hukum mendel merupakan hukum hereditas yang menjelaskan tentang prinsip-prinsip penurunan sifat pada organisme. Sebelum menjadi suatu hukum, banyak ahli biologi yang belum mengakui pendapat atau teori mendel tentang hereditas. Pada tahun 1865, mendel menulis sebuah makalah berjudul “ experiment in Plant Hybridization”. Makalah tersebut berisi hasil percobaan persilangan-perdilangan tanaman serta hipotetsisi mendel tentang pewarisan material genetic dari induk (tertua) kepada anaknya. Berdasarkan percobaan mendel,tersebut lahirlah konsep genetika adanya factor yang menentukan sifat organisme. Konsep mendel belum dapat diterima oleh para ahli biologi pada waktu itu hingga muncul penemuan kromosom secara mikroskopik yang mendukung teori mendel. (Hafni, 2014)

1.2    Tujuan
1.        Mencari angka-angka perbandingan sesuai dengan Hukum Mendel I
2.        Menemukan nisbah teoritis sama atau mendekati nisbah pengamatan
3.        Memahami pengertian dominan, resesif, genotip, dan fenotip












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hukum Pewarisan Mendel
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya ‘Percobaan mengenai Persilangan Tanaman’. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
1.      Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan
2.      Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet, kedua gen yang merupakan pasangan alela itu akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari alelanya.
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
1.      Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter. Ini adalah konsep mengenai alel.
2.      Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan dan satu dari tetua betina.
3.      Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan terekspresikan. Alel resesif yang tidak terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk.
Tiap sifat organisma hidup dikendalikan oleh sepasang “factor keturunan”. Pada waktu itu Mendel belum menggunakan istilah “gen”. Tiap pasangan faktor keturunan menunjukkan bentuk alternatif sesamanya, kedua bentuk alternatif disebut pasangan alela. Satu dari pasangam alela itu dominan dan menutup alela yang resesif bila keduanya ada bersama-sama. Pada pembentukan “gamet” alela akan memisah, setiap gamet menerima satu faktor alela tersebut dikenal sebagai prinsip segregasi secara bebas. Individu murni mempunyai dua alela yang sama (homozigot), alel dominan diberi simbol huruf besar sedang alel resesif huruf kecil. Genotip adalah komposisi faktor keturunan (tidak tampak secara fisik). Fenotip adalah sifat yang tampak pada keturunan. (Pratama, 2009).


Alel
Kromosom dalam sel tubuh biasanya berpasangan. Sepasang kromosom merupakan homolog sesamanya. Artinya mereka memiliki bentuk dan lokus gen yang sama. Sepasang gen yang terdapat pada lokus yang sama pada kromosom yang homolog disebut ALEL. Alel dapat memiliki fungsi sama, saling mendukung, ataupun berlawanan. Contoh alel yang fungsinya sama adalah gen penentu warna merah pada bunga (AA). Kedua pasangan gen (alel) tersebut membawa sifat yang sama, yaitu merah (A). Karena fungsinya sama, maka disebut alel homozogot. Contoh alel yang fungsinya tidak sama/berlawanan adalah gen penentu warna merah muda (Aa). Kedua pasangan gen (alel) tersebut membawa sifat yang tidak sama, yaitu ada yang membawa sifat merah (A) dan sifat putih (a) sehingga timbul sifat intermedier. Karena fungsinya tidak sama, maka disebut alel heterozogot.

Gen
Gen adalah unit pewarisan sifat bagi organisme hidup. Bentuk fisiknya adalah urutan DNA yang menyandi suatu protein, polipeptida, atau seuntai RNA yang memiliki fungsi bagi organisme yang memilikinya. Batasan modern gen adalah suatu lokasi tertentu pada genom yang berhubungan dengan pewarisan sifat dan dapat dihubungkan dengan fungsi sebagai regulator (pengendali), sasaran transkripsi, atau peran-peran fungsional lainnya.
Penggunaan “gen” dalam percakapan sehari-hari (misalnya “gen cerdas” atau “gen warna rambut”) sering kali dimaksudkan untuk alel: pilihan variasi yang tersedia oleh suatu gen. Meskipun ekspresi alel dapat serupa, orang lebih sering menggunakan istilah alel untuk ekspresi gen yang secara fenotipik berbeda. Gen diwariskan oleh satu individu kepada keturunannya melalui suatu proses reproduksi, bersama-sama dengan DNA yang membawanya. Dengan demikian, informasi yang menjaga keutuhan bentuk dan fungsi kehidupan suatu organisme dapat terjaga. (Hafni, 2014).
https://oktavianipratama.files.wordpress.com/2012/07/270px-gene.png?w=620
Gen bersifat antara lain :
- Sebagai materi tersendiri yang terdapat dalam kromosom.
- Mengandung informasi genetika.
- Dapat menduplikasikan diri pada peristiwa pembelahan sel.
https://oktavianipratama.files.wordpress.com/2012/07/400px-gene2-plain-svg.png?w=300&h=254











BAB III
METODOLOGI

3.1    Alat dan Bahan
1.    Model gen (kancing genetik) 2 warna
2.    Dua buah toples
3.    ATK
4.    LKP

3.2    Cara Kerja
1.        Mengambil model gen merah dan putih, masing-masing 30 pasang atau 60 biji (30 jantan dan 30 betina)
2.        Menyisihkan 1 pasang model gen merah dan gen putih dalam keadaan berpasangan. Ini dimisalkan individu merah dan individu putih
3.        Membuka pasangan gen (langkah 2), ini dimisalkan pemisahan gen pada pembentukan gamet, baik pada individu merah atau individu putih
4.        Menggabungkan model gen jantan merah dan model gen betina putih dan sebaliknya. Ini menggambarkan hasil silangan atau F1, keturunan individu merah dan individu putih
5.        Memisahkan kembali model gen merah dan model gen putih. Hal ini menggambarkan pemisahan gen pada pembentukan gamet F1
6.        Memasukan semua model gen jantan baik merah maupun putih kedalam toples jantan dan model gen betina baik merah maupun putih kedalam toples betina
7.        Mengambil dengan tanpa melihat dan sambil mengaduk/mencampur gen-gen tersebut secara acak sebuah gen dari masing-masing toples, kemudian dipasangkan
8.        Melakukan secara terus menerus pengambilan model gen sampai habis dan mencatat setiap pasangan gen yang terambil kedalam tabel pencatatan
9.        Bisa juga dengan mengembalikan model gen yang terambil (langkah 8) kedalam toples masing-masing untuk selanjutnya mendapat kesempatan terambil lagi.
10.    Melakukan percobaan serupa untuk pengambilan 20x, 40x, 60x.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil
Tabel 1 pencatatan untuk pengambilan 20x
No
Pasangan
Tabulasi Ijiran
Jumlah
1
Merah-Merah
lllll ll
7
2
Merah-Putih
lllll lll
8
3
Putih-Putih
Lllll
5

Tabel 2 pencatatan untuk pengambilan 40x
No
Pasangan
Tabulasi Ijiran
Jumlah
1
Merah-Merah
lllll ll
7
2
Merah-Putih
lllll lllll lllll lllll llll
24
3
Putih-Putih
lllll llll
9

Tabel 3 pencatatan untuk pengambilan 60x
No
Pasangan
Tabulasi Ijiran
Jumlah
1
Merah-Merah
lllll lllll lllll lll
18
2
Merah-Putih
lllll lllll lllll lllll lllll l
26
3
Putih-Putih
lllll lllll lllll l
16

Tabel 4. Perbandingan/ nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 20x
Fenotipe
Pengamatan
(Observasi = O)
Harapan
(Expected)
Deviasi
(O-E)
Merah
15
15
0
Putih
5
5
0
Total
20
20
0

Tabel 5. Perbandingan/ nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 40x
Fenotipe
Pengamatan
(Observasi = O)
Harapan
(Expected)
Deviasi
(O-E)
Merah
31
30
+1
Putih
9
10
-1
Total
40
40
0

Tabel 6. Perbandingan/ nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 60x
Fenotipe
Pengamatan
(Observasi = O)
Harapan
(Expected)
Deviasi
(O-E)
Merah
44
45
-1
Putih
16
15
+1
Total
60
60
0

4.2    Pembahasan
Hukum Mendel I diperoleh dari hasil perkawinan monohibrid, yaitu persilangan dengan satu sifat beda. Mendel melakukan persilangan antara tanaman ercis biji bulat dengan tanaman ercis biji berkerut. Hasilnya semua keturunan F1 berupa tanaman ercis biji bulat. Selanjutnya dilakukan persilangan antarketurunan F1 untuk mendapatkan keturunan F2. Pada keturunan F2 didapatkan perbandingan fenotip kira-kira 3 biji bulat : 1 biji berkerut.

perkawinan monohibrid

Perbandingan fenotip bulat : berkerut = 3 : 1
Perbandingan genotip BB : Bb : bb = 1 : 2 : 1

Berdasarkan hasil perkawinan yang diperoleh dalam percobaannya, Mendel menyimpulkan bahwa pada waktu pembentukan gamet-gamet, gen akan mengalami segregasi (memisah) sehingga setiap gamet hanya akan menerima sebuah gen saja. Kesimpulan itu dirumuskan sebagai hukum Mendel I yang dikenal juga dengan hukum Pemisahan Gen yang Sealel. Beberapa kesimpulan penting dari perkawinan monohibrid di atas sebagai berikut.
1.      Semua individu F1 memiliki sifat yang seragam.
2.      Jika dominan nampak sepenuhnya, individu F1 memiliki fenotip seperti induknya yang dominan.
3.      Pada waktu individu F1 yang heterozigot itu membentuk gamet-gamet terjadilah pemisahan alel sehingga gamet hanya memiliki salah satu alel saja.
4.      Jika dominasi nampak sepenuhnya, perkawinan monohibrid (Bb >< Bb) menghasilkan keturunan yang memperlihatkan perbandingan fenotip 3 : 1 (yaitu biji bulat : biji berkerut) dan memperlihatkan perbandingan genotip 1 : 2 : 1 (yaitu BB : Bb : bb). 
Perbandingan/ nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 20x mendapatkan hasil sesuai dengan percobaan mendel yaitu mendapatkan perbandingan 3 : 1 dengan perincian 15 merah dan 5 putih. Jadi merah dominan dan dapat menutupi putih sebagai resesifnya.
Perbandingan/ nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 40x mendapatkan hasil mendekati dengan hasil percobaan mendel yaitu mendapatkan perbandingan 3 : 1 dengan perincian 31 merah dan 9 putih. Jadi merah dominan dan dapat menutupi putih sebagai resesifnya.
Perbandingan/ nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 60x mendapatkan hasil mendekati dengan hasil percobaan mendel yaitu mendapatkan perbandingan 3 : 1 dengan perincian 44 merah dan 16 putih. Jadi merah dominan dan dapat menutupi putih sebagai resesifnya.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  Kesimpulan
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.

5.2 Saran
1.      Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
2.      Penyusun makalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kelancaran dan kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya

















DAFTAR PUSTAKA

Putri, pratama. “ sejarah hukum mendel 1”. 03 maret 2015. https://oktavianipratama.wordpress.com/science/biology/hukum-mendel/
Ramadhan, hafni. “materi hukum mendel 1” 03 maret 2015. http://www.materisma.com/2014/11/penjelasan-hukum-mendel-lengkap.html
























PERTANYAAN JAWABAN

Pertanyaan:
1.        Berapa macam pasangan genotip yang anda peroleh ?
2.        Berapa perbandingannya ?
3.        Jika model gen merah dominan, berapa perbandingan fenotip yang diperoleh ?
4.        Apa yang dapat anda simpulkan dari percobaan model 2 ini ?

Jawaban:
1.        - Untuk percobaan 20x didapatkan 20 pasang genotip
-  Untuk percobaan 40x didapatkan 40 pasang genotip
-  Untuk percobaan 60x didapatkan 60 pasang genotip

2.        - Untuk percobaan 20x didapatkan genotip: MM : Mm : mm
             7    :   8    : 5
- Untuk percobaan 40x didapatkan genotip: MM : Mm : mm
             7    :  24   : 9
- Untuk percobaan 60x didapatkan genotip: MM : Mm : mm
             18  :  26   :  16

3.        - Untuk percobaan 20x didapatkan fenotip : Merah : Putih
               15    :    5
- Untuk percobaan 40x didapatkan fenotip : Merah : Putih
               31    :    9
- Untuk percobaan 60x didapatkan fenotip : Merah : Putih
               44    :    16

4.        Kesimpulannya adalah kita dapat mengetahui mana sifat yang lebih dominan dan mana sifat yang resesif (tertutupi) dan dapat mengetahui perbandingan genotip dan fenotip sesuai atau mendekati Hukum Mendel I.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar