Kamis, 18 Desember 2014



LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
PERCOBAAN 7
“Analisa Kualitas Air”


10807913_378345308998827_1726366733_n.jpg


                                                                             
Disusun Oleh :
Nama                           : Riski Meliya Ningsih
NPM                            : E1J014147
Hari/Tanggal                : C1/ Selasa, 25 November 2014
Kelompok                    : 4 (empat)
Co-Ass                         : Sari Yulia Kartika Hasibuan
Dosen Pembimbing     :



LABORATORIUM AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dan tidak bisa diganti perannya bagi makhluk hidup. Kualitas air merupakan penentu kelangsungan kehidupan makhluk hidup kedepannya, khususnya manusia. Pencemaran air memiliki pengertian bahwa adanya penyimpangan sifat – sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurnian air tersebut. Air yang tersebar di bumi ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni. Namun bukan berarti bahwa semua sudah tercemar Apabila kandungan zat-zat kimia tersebut terlalu banyak jumlahnya didalam air, air tersebut dapat menjadi sumber bencana yang dapat merugikan kelangsungan hidup semua makhluk sekitarnya. Kini dengan adanya pencemaran-pencemaran air oleh pabrik maupun rumah tangga, kandungan zat-zat kimia di dalam air semakin meningkat dan pada akhirnya kualitas air tersebut menurun.
Untuk mengetahui suatu air itu bersih harus melakukan analisis kualitas air. Analisis kualitas air meliputi parameter fisik, kimia, dan biologi. Semua parameter harus tetap dalam keadaan seimbang, tidak berlebihan maupun kekurangan agar tetap dapat menunjang berlangsungnya kehidupan dari organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Ketidakseimbangan nilai dari tiap parameter yang ada dapat menyebabkan terjadinya gangguan berjalannya siklus hidup pada ekosistem yang ada di dalam perairan tersebut. Contohnya adalah ikan tidak dapat hidup pada pH yang sangat asam maupun yang sangat basa.

1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu menguji atau menganalisis beberapa sifat fisika dan sifat kimia air secara kualitatif dan kuantitatif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Air telah melewati proses pemurnian secara alami selama perjalanannya dari pegunungan hingga mencapai sumber mata air bawah tanah. Sepanjang perjalanannya ini, air menyerap mineral dan menjaga keseimbangannya sebagaimana di sumber mata air asalnya, yang merupakan mineral penting bagi kesehatan tubuh. (anonim, 2009). 
Nilai pH merupakan salah satu parameter yang praktis bagi pengukuran kesuburan suatu perairan. Banyak reaksi kimia penting yang terjadi pada tingkatan pH yang sulit. Menurut jenis dan aktivitas biologinya suatu perairan dapat mengubah pH dari unit penanganan limbahnya tetapi pada umumnya batas toleransi ikan adalah berkisar pada pH 4 “Aerd penth point” sampai pH 2 “Basie death point”. Derajat keasaman sering juga digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan atau perairan dalam memproduksi garam mineral.. Kandungan pH dalam suatu perairan dapat berubah-ubah sepanjang hari akibat dari proses fotosintesis tumbuhan air dan merupakan resultan sifat kimia, fisika perairan (Welch, 1952).
Menurut Cox (1997), pertimbangan suhu memberikan pengaruh sebagai berikut dari bendungan dengan penbuangan air di dasar :
a)      Air dilimpahkan dengan salinitas yang lebih tinggi, daripada bila air dilimpahkan dari permukaan.
b)      Makanan esensial hilang dari bendungan, jadi cenderung untuk mengurangi kapasitas produksi dari bendungan dan pada waktu yang sama menyebabkan eutrofikasi daerah   hilir.
c)      Kehilangan karena evaporasi bertambah sebagai hasil dari penyimpanan air yang hangat dan pembuangan air yang dingin dari hipolimnion.
d)     Oksigen terlarut yang rendah dari air yang dibuang mengurangi kapasitas dari sungai   untuk menerima bahan pencemar organik.
e)      Pembuangan hidrogen sulfida dan senyawa organik yang lain menurunkan kualitas air dihilir dan pada kasus yang ekstrem dapat membunuh ikan
Menurut Boyd (1982), keanekaragaman dan kelangsungan hidup organisme disuatu perairan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tempat organisme itu hidup. Limgkungan perairan ada tiga unsur pokok yang menunjang kehidupan biota perairan, yaitu :
1.      Unsur fisika air meliputi suhu, kecerahan, cahaya, suara dan berta jenis.
2.      Unsur kimia air meliputi nilai pH, kadar oksigen terlarut (DO), kadar karbondioksida (CO2) bebas.
3.      Unsur biologi air meliputi produsen, konsumen dan pengurai.


A.    Suhu
Air mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan panas yang secara bersama-sama mengurangi perubahan suhu sampai tingkat minimal sehingga perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lambat daripada di udara.
B.     Kecerahan
Penetrasi cahaya sering dihalangi oleh zat terlarut dalam air yang membatasi zona fotosintesis di habitat akuatik. Kekeruhan disebabkan oleh lumpur dan partikel yang dapat mengendap serta organisme yang merupakan indikasi produktivitas.
C.     Oksigen Terlarut (DO)
            Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung di dalam air yang diukur dalam satuan mg / L. Oksigen terlarut digunakan sebagai tanda derajat polutan yang ada. Oksigen terlarut yang besar menunjukkan derajat pencemaran yang relatif kecil (Sugiharto 1987). Air yang mempunyai zat pencemar yang banyak akan mempunyai harga DO (Dissolved Oxygen) yang kecil. Hal ini disebabkan oleh oksigen terlarut di dalam air dipakai bakteri untuk menguraikan zat pencemar. Banyaknya oksigen yang diperlukan oleh bakteri untuk menguraikan polutan dikenal dengan Biochemical Oxygen Dissolved (DOD). Harga BOD berbanding terbalik dengan harga DO. Air bersih mempunyai harga DO yang tinggi dan harga BOD yang rendah (Boyd 1982).
D.    Alkalinitas
            Alkalinitas merupakan petunjuk kebebasan suatu perairan terutama mengenai kandungan ion karbonat atau bikarbonat (CO3-  atau HCO3-). Suatu perairan kadang mengalami penurunan pH yang drastis. Kondisi ini menyebabkan penurunan kualitas air. Keadaan ini dapat dicegah dengan sistem buffer yang ada di perairan yaitu perairan yang mengandung mineral karbonat, bikarbonat, borat dan silikat. Hal ini dapat mencegah penurunan derajat keasaman air yang terlalu cepat.
E.     Produsen
            Produsen di komunitas sungai banyak berasal dari golongan tanaman berakar (tanaman bentik) dan fitoplankton (tanaman hijau yang mengapung) yang kebanyakan ganggang / alga. Ganggang yang banyak tergolong kedalam diatom (Bacillariaceae), ganggang hijau (Chlorophyta) dan ganggang biru-hijau (Cyanophyta).
F.      Konsumen
            Konsumen pada lingkungan ini, kebanyakan dari binatang bentik, ooplankton, nekton dan vertebrata air. Nekton di zona litoral memiliki banyak jenis dan jumlahnya (Odum 1993).
Air dengan cepat menyerap cahaya dan panas, dalam hal ini menyebabkan terjadinya lapisan-lapisan air yang terang dan lebih hangat di atas lapisan air di bawahnya yang lebih dalam, lebih gelap dan lebih dingin. Hal ini menciptakan berbagai kondisi fisik dan kimia, yang sesuai untuk berbagai organisme (Mackinson et al. 2000)


BAB III
METODEOLOGI

3.1 Alat dan bahan
Alat
Bahan
1.      5 buah gelas aqua gelas
2.      Lampu spiritus
3.      Tabung reaksi + rak
4.      Penjepit tabung reaksi
5.      Kompor listrik / gas
6.      Buret dan statif
7.      Botol semprot
8.      Thermometer
9.      Indikator universal
1)      Air sumur
2)      Air galon
3)      Air AC
4)      Air rawa
5)      Air Danau

3.2    Cara kerja
A.    Suhu / temperature
·         Menyiapkan sampel (membuka tutup botol sampel)
·         Menyelupkan alat pengukur suhu ( thermometer atau O2 meter ) ke dalam sampel,  memastikan tangan kita tidak bersentuhan dengan alat pengukur tersebut.
·         Baca angka yang tertera pada alat tersebut.
B.      Warna
·         Mengambil sampel kedalam tabung reaksi sebanyak ± ¾ dari volume tabung reaksi
·         Membandingkan warnanya dengan larutan standar yang telah disediakan.
C.      PH
·            Mengambil sampel kedalam tabung reaksi sebanyak ± ¾ dari volume tabung reaksi
·            Mencelupkan kertas Indikator universal kedalam tabung reaksi
·            Memeriksa berapa PH air tersebut
D.      Zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi
·         Mengambil sampel sebanyak 100 ml dengan gelas ukur dan tuangkan kedalam gelas piala dan panaskan.
·         Memperhatikan, apakah sampel menjadi keruh ataukah ada yang mengendap!
·         Jika sampel menjadi keruh berarti ada zat padat terlarut, sadangkan jika terjadi endapan berarti sampel mengandung zat tersuspensi.
E.       Amoniak
·            Memasukkan 10-15 ml sampel kedalam tabung reaksi
·            Melipatkan kertas lakmus merah kedalam mulut tabung reaksi
·            Memanaskan diatas api lampu spiritus
·            Mengamati sampel, apakah tercium bau tengik atau tidak.
·            Sampel mengandung amoniak apabila tercium bau tengik atau lakmus merah berubah menjadi warna biru.


F.        
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

No
Parameter
Hasil Pengamatan
Air Rawa
Air Danau
Air AC
Air Galon
Air Sumur
1
Suhu
3,2 oC
3,3 oC
2,9 oC
3,2 oC
3,1 oC
2
Warna
Coklat
Sedikit kuning
Bening
Bening
Sedikit keruh
3
PH
2
1
1
1
2
4
Zat padat terlarut
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
5
Zat padat tersuspensi
Tersuspensi
Tidak tersuspensi
Tidak tersuspensi
Tidak tersuspensi
Tidak tersuspensi
6
Amoniak
Bau
Ada sedikit
Tidak bau
Tidak Bau
Tidak bau

BAB V
PEMBAHASAN

            Dan dalam percobaan kali ini sampel yang digunakan adalah air sumur, air rawa, air danau, air AC, dan air galon. Pada percobaan pertama dilakukan dengan menggunakan thermometer, yang masing-masing sampel diukur suhunya, yang air sumur maencapai 31oc, air rawa mencapai 3,2oC, air danau mencapai 3,3oC, air AC mencapai 2,9oC dan air galon mencapai suhu 3,2o c. Pada percobaan yang kedua dilakukan dengan cara melihat perbedaan warna antara kelima sampel tersebuta yang menghasilkan air rawa berwarna coklat, air damau berwarna sedikit kuning, air AC dan air galon berwarna bening, dan yang terakhir air sumur berwarna sedikit keruh. Pada percobaan ketiga, masing-masing sample dicelupkan kertas indikator universal guna mengukur berapa PH yang terkandung dalam sampel tersebut yang menhasilkan air rawa menghasilkan PH=3, air danau menghasilkan PH=1, air AC menghasilkan PH=1, air galon menghasilkan PH=1, air sumur menghasilkan PH=2. Percobaan keempat dan kelima dilakukan dengan cara memanaskan sampel sebanyak 80 ml dan dimasukan kedalam tabung reaksi dengan menggunakan penjepit tabug reaksi, sehingga dari masing masing sampel menjadi keruh dan ada yang mengendap dan itu berarti ada zat yang terlarut dalam sampel tersebut, dengan hasil pada semua sample tidak menghasilkan zat padat terlarut, maka sample tersebut tidak tersuspensi kecuaali pada air rawa yang terdapat zat padat terlarut sehingga air rawa ini dapat tersuspensi zat padatnya. Percobaan keenam  untuk uji amoniak adalah dengan cara memanaskan masing masing sampel kemudian membedakan apakah sampel tersebut mengandung bau tengik atau tidak dengan hasil air AC, air galon dan air sumur tidak mengandung bau, sedangkan air danau mengan dung bau tengik sedikit, dan air rawa mengandung amoniak yang ditandai dengan bau tengik yang cukup menyengat.
      
BAB VI
PENUTUP

6.1    Kesimpulan
Analisis kualitas air meliputi parameter fisik ( suhu dan warna) dan parameter kimia (pH, zat padat terlarut, zat padat tersuspensi, dan amoniak). Suhu yang rendah akan mempengaruhi kadar parameter kimia. Kualitas air pada setiap sample air yang diambil secara berlainan tidak begitu berbeda. Suhu udara terendah sebesar 2,90 C terjadi di air AC dan tertinggi 3,3C di air danau. Warna air terkeruh adalah warna air rawa (coklat) dan warna air terjernih adalah air Ac dan air galon (bening). pH tertinggi adalah air AC dan air galon pH=1 dan pH terendah adalah air rawa pH=3. Zat padat terlarut dan tersuspensi juga mengandung amoniak  hanya terdapat pada air rawa, sedangkan yang lain tidak.

6.2 Saran
Praktikum harus dilaksanakan dengan tepat waktu, cermat tetapi cepat mengingat alokasi waktu yang sangat terbatas dan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik saya harap semua bahan yang akan di praktikumkan agar tersedia terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. C. V. Rajawali. Jakarta
Boyd, CA. 1982. Water Quality in Warm Water Fish Pond. Craft Master Printers, Alabama.
Cox, W.  George. 1997. Conservation Biology. The Mc Graw Hill Companies, Inc. Chicago.
Mackinnon, Kathy. 2000. Ekologi Kalimantan. Prenhallindo, Jakarta.
Odum, E. P. 1993. Dasar- Dasar Ekologi, Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Pers,
         Yogyakarta.
Soeseno, S. 1970. Limnologi. Direktorat JenderaL Perikanan Departemen Perikanan, Jakarta.
Sugiharto, 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. UI Press, Jakarta.
Welch, 1952. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourt Printing. Auburn University Agricultural Experiment Station, Alabama USA. 395.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar