LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA
PERCOBAAN
7
“Analisa
Kualitas Air”

Disusun
Oleh :
Nama : Riski Meliya
Ningsih
NPM : E1J014147
Hari/Tanggal : C1/ Selasa, 25 November 2014
Kelompok :
4 (empat)
Co-Ass : Sari Yulia Kartika
Hasibuan
Dosen Pembimbing :
LABORATORIUM
AGRONOMI
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air
merupakan kebutuhan yang sangat penting dan tidak bisa diganti perannya bagi
makhluk hidup. Kualitas air merupakan penentu kelangsungan kehidupan
makhluk hidup kedepannya, khususnya manusia. Pencemaran air memiliki pengertian
bahwa adanya penyimpangan sifat – sifat air dari keadaan normal, bukan dari
kemurnian air tersebut. Air yang tersebar di bumi ini tidak pernah terdapat
dalam bentuk murni. Namun bukan berarti bahwa semua sudah tercemar Apabila
kandungan zat-zat kimia tersebut terlalu banyak jumlahnya didalam air, air
tersebut dapat menjadi sumber bencana yang dapat merugikan kelangsungan hidup
semua makhluk sekitarnya. Kini dengan adanya pencemaran-pencemaran air oleh
pabrik maupun rumah tangga, kandungan zat-zat kimia di dalam air semakin
meningkat dan pada akhirnya kualitas air tersebut menurun.
Untuk
mengetahui suatu air itu bersih harus melakukan analisis kualitas air. Analisis
kualitas air meliputi parameter fisik, kimia, dan biologi. Semua parameter
harus tetap dalam keadaan seimbang, tidak berlebihan maupun kekurangan agar
tetap dapat menunjang berlangsungnya kehidupan dari organisme yang hidup dalam
perairan tersebut. Ketidakseimbangan nilai dari tiap parameter yang ada dapat
menyebabkan terjadinya gangguan berjalannya siklus hidup pada ekosistem yang
ada di dalam perairan tersebut. Contohnya adalah ikan tidak dapat hidup pada pH
yang sangat asam maupun yang sangat basa.
1.2
Tujuan
Mahasiswa
mampu menguji atau menganalisis beberapa sifat fisika dan sifat kimia air
secara kualitatif dan kuantitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air telah melewati
proses pemurnian secara alami selama perjalanannya dari pegunungan hingga
mencapai sumber mata air bawah tanah. Sepanjang perjalanannya ini, air menyerap
mineral dan menjaga keseimbangannya sebagaimana di sumber mata air asalnya,
yang merupakan mineral penting bagi kesehatan tubuh. (anonim, 2009).
Nilai pH
merupakan salah satu parameter yang praktis bagi pengukuran kesuburan suatu
perairan. Banyak reaksi kimia penting yang terjadi pada tingkatan pH yang
sulit. Menurut jenis dan aktivitas biologinya suatu perairan dapat mengubah pH
dari unit penanganan limbahnya tetapi pada umumnya batas toleransi ikan adalah
berkisar pada pH 4 “Aerd penth point” sampai pH 2 “Basie death point”. Derajat
keasaman sering juga digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan atau
perairan dalam memproduksi garam mineral.. Kandungan pH dalam suatu perairan
dapat berubah-ubah sepanjang hari akibat dari proses fotosintesis tumbuhan air
dan merupakan resultan sifat kimia, fisika perairan (Welch, 1952).
Menurut Cox
(1997), pertimbangan suhu memberikan pengaruh sebagai berikut dari bendungan
dengan penbuangan air di dasar :
a)
Air dilimpahkan dengan salinitas yang lebih tinggi,
daripada bila air dilimpahkan dari permukaan.
b)
Makanan esensial hilang dari bendungan, jadi cenderung
untuk mengurangi kapasitas produksi dari bendungan dan pada waktu yang sama
menyebabkan eutrofikasi daerah hilir.
c)
Kehilangan karena evaporasi bertambah sebagai hasil
dari penyimpanan air yang hangat dan pembuangan air yang dingin dari hipolimnion.
d)
Oksigen terlarut yang rendah dari air yang dibuang
mengurangi kapasitas dari sungai untuk menerima bahan pencemar
organik.
e)
Pembuangan hidrogen sulfida dan senyawa organik yang
lain menurunkan kualitas air dihilir dan pada kasus yang ekstrem dapat membunuh
ikan
Menurut Boyd
(1982), keanekaragaman dan kelangsungan hidup organisme disuatu perairan
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tempat organisme itu hidup. Limgkungan
perairan ada tiga unsur pokok yang menunjang kehidupan biota perairan, yaitu :
1.
Unsur fisika air meliputi suhu, kecerahan, cahaya,
suara dan berta jenis.
2.
Unsur kimia air meliputi nilai pH, kadar oksigen
terlarut (DO), kadar karbondioksida (CO2) bebas.
3.
Unsur biologi air meliputi produsen, konsumen dan
pengurai.
A.
Suhu
Air
mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan panas yang secara
bersama-sama mengurangi perubahan suhu sampai tingkat minimal sehingga
perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lambat daripada
di udara.
B.
Kecerahan
Penetrasi
cahaya sering dihalangi oleh zat terlarut dalam air yang membatasi zona
fotosintesis di habitat akuatik. Kekeruhan disebabkan oleh lumpur dan partikel
yang dapat mengendap serta organisme yang merupakan indikasi produktivitas.
C.
Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen
terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung di dalam air yang diukur
dalam satuan mg / L. Oksigen terlarut digunakan sebagai tanda derajat polutan
yang ada. Oksigen terlarut yang besar menunjukkan derajat pencemaran yang
relatif kecil (Sugiharto 1987). Air yang mempunyai zat pencemar yang banyak
akan mempunyai harga DO (Dissolved Oxygen) yang kecil. Hal ini
disebabkan oleh oksigen terlarut di dalam air dipakai bakteri untuk menguraikan
zat pencemar. Banyaknya oksigen yang diperlukan oleh bakteri untuk menguraikan
polutan dikenal dengan Biochemical Oxygen Dissolved (DOD).
Harga BOD berbanding terbalik dengan harga DO. Air bersih mempunyai harga DO
yang tinggi dan harga BOD yang rendah (Boyd 1982).
D.
Alkalinitas
Alkalinitas
merupakan petunjuk kebebasan suatu perairan terutama mengenai kandungan ion
karbonat atau bikarbonat (CO3- atau HCO3-).
Suatu perairan kadang mengalami penurunan pH yang drastis. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kualitas air. Keadaan ini dapat dicegah dengan sistem
buffer yang ada di perairan yaitu perairan yang mengandung mineral karbonat,
bikarbonat, borat dan silikat. Hal ini dapat mencegah penurunan derajat
keasaman air yang terlalu cepat.
E.
Produsen
Produsen
di komunitas sungai banyak berasal dari golongan tanaman berakar (tanaman
bentik) dan fitoplankton (tanaman hijau yang mengapung) yang kebanyakan
ganggang / alga. Ganggang yang banyak tergolong kedalam diatom
(Bacillariaceae), ganggang hijau (Chlorophyta) dan ganggang biru-hijau
(Cyanophyta).
F.
Konsumen
Konsumen
pada lingkungan ini, kebanyakan dari binatang bentik, ooplankton, nekton dan
vertebrata air. Nekton di zona litoral memiliki banyak jenis dan jumlahnya
(Odum 1993).
Air dengan
cepat menyerap cahaya dan panas, dalam hal ini menyebabkan terjadinya lapisan-lapisan
air yang terang dan lebih hangat di atas lapisan air di bawahnya yang lebih
dalam, lebih gelap dan lebih dingin. Hal ini menciptakan berbagai kondisi fisik
dan kimia, yang sesuai untuk berbagai organisme (Mackinson et al. 2000)
BAB III
METODEOLOGI
3.1
Alat dan bahan
Alat
|
Bahan
|
1. 5 buah
gelas aqua gelas
2. Lampu
spiritus
3. Tabung
reaksi + rak
4. Penjepit
tabung reaksi
5. Kompor
listrik / gas
6. Buret dan
statif
7. Botol
semprot
8. Thermometer
9. Indikator
universal
|
1) Air sumur
2) Air galon
3) Air AC
4) Air rawa
5) Air Danau
|
3.2 Cara
kerja
A.
Suhu / temperature
·
Menyiapkan sampel (membuka tutup botol sampel)
·
Menyelupkan alat pengukur suhu ( thermometer atau O2
meter ) ke dalam sampel, memastikan
tangan kita tidak bersentuhan dengan alat pengukur tersebut.
·
Baca angka yang tertera pada alat tersebut.
B.
Warna
·
Mengambil sampel kedalam tabung reaksi sebanyak ± ¾
dari volume tabung reaksi
·
Membandingkan warnanya dengan larutan standar yang
telah disediakan.
C.
PH
·
Mengambil sampel kedalam tabung reaksi sebanyak ± ¾
dari volume tabung reaksi
·
Mencelupkan kertas Indikator universal kedalam tabung
reaksi
·
Memeriksa berapa PH air tersebut
D.
Zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi
·
Mengambil sampel sebanyak 100 ml dengan gelas ukur dan
tuangkan kedalam gelas piala dan panaskan.
·
Memperhatikan, apakah sampel menjadi keruh ataukah ada
yang mengendap!
·
Jika sampel menjadi keruh berarti ada zat padat
terlarut, sadangkan jika terjadi endapan berarti sampel mengandung zat
tersuspensi.
E.
Amoniak
·
Memasukkan 10-15 ml sampel kedalam tabung reaksi
·
Melipatkan kertas lakmus merah kedalam mulut tabung
reaksi
·
Memanaskan diatas api lampu spiritus
·
Mengamati sampel, apakah tercium bau tengik atau
tidak.
·
Sampel mengandung amoniak apabila tercium bau tengik
atau lakmus merah berubah menjadi warna biru.
F.
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN
No
|
Parameter
|
Hasil
Pengamatan
|
||||
Air
Rawa
|
Air
Danau
|
Air
AC
|
Air
Galon
|
Air
Sumur
|
||
1
|
Suhu
|
3,2
oC
|
3,3
oC
|
2,9
oC
|
3,2
oC
|
3,1
oC
|
2
|
Warna
|
Coklat
|
Sedikit
kuning
|
Bening
|
Bening
|
Sedikit
keruh
|
3
|
PH
|
2
|
1
|
1
|
1
|
2
|
4
|
Zat
padat terlarut
|
Ada
|
Tidak
ada
|
Tidak
ada
|
Tidak
ada
|
Tidak
ada
|
5
|
Zat
padat tersuspensi
|
Tersuspensi
|
Tidak
tersuspensi
|
Tidak
tersuspensi
|
Tidak
tersuspensi
|
Tidak
tersuspensi
|
6
|
Amoniak
|
Bau
|
Ada
sedikit
|
Tidak
bau
|
Tidak
Bau
|
Tidak
bau
|
BAB V
PEMBAHASAN
Dan
dalam percobaan kali ini sampel yang digunakan adalah air sumur, air rawa, air
danau, air AC, dan air galon. Pada percobaan pertama dilakukan dengan
menggunakan thermometer, yang masing-masing sampel diukur suhunya, yang
air sumur maencapai 31oc, air rawa mencapai 3,2oC, air
danau mencapai 3,3oC, air AC mencapai 2,9oC dan air galon
mencapai suhu 3,2o c. Pada percobaan yang kedua dilakukan
dengan cara melihat perbedaan warna antara kelima sampel tersebuta yang
menghasilkan air rawa berwarna coklat, air damau berwarna sedikit kuning, air
AC dan air galon berwarna bening, dan yang terakhir air sumur berwarna sedikit
keruh. Pada percobaan ketiga, masing-masing sample dicelupkan kertas indikator
universal guna mengukur berapa PH yang terkandung dalam sampel tersebut yang
menhasilkan air rawa menghasilkan PH=3, air danau menghasilkan PH=1, air AC
menghasilkan PH=1, air galon menghasilkan PH=1, air sumur menghasilkan PH=2.
Percobaan keempat dan kelima dilakukan dengan cara memanaskan sampel sebanyak 80
ml dan dimasukan kedalam tabung reaksi dengan menggunakan penjepit tabug reaksi,
sehingga dari masing masing sampel menjadi keruh dan ada yang mengendap dan itu
berarti ada zat yang terlarut dalam sampel tersebut, dengan hasil pada semua
sample tidak menghasilkan zat padat terlarut, maka sample tersebut tidak
tersuspensi kecuaali pada air rawa yang terdapat zat padat terlarut sehingga
air rawa ini dapat tersuspensi zat padatnya. Percobaan keenam untuk uji amoniak adalah dengan cara
memanaskan masing masing sampel kemudian membedakan apakah sampel tersebut
mengandung bau tengik atau tidak dengan hasil air AC, air galon dan air sumur
tidak mengandung bau, sedangkan air danau mengan dung bau tengik sedikit, dan
air rawa mengandung amoniak yang ditandai dengan bau tengik yang cukup menyengat.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Analisis kualitas air meliputi
parameter fisik ( suhu dan warna) dan parameter kimia (pH, zat padat terlarut,
zat padat tersuspensi, dan amoniak). Suhu yang rendah akan mempengaruhi kadar
parameter kimia. Kualitas air pada setiap sample air yang diambil secara
berlainan tidak begitu berbeda. Suhu udara terendah sebesar 2,90 C terjadi
di air AC dan tertinggi 3,30 C di air danau. Warna air
terkeruh adalah warna air rawa (coklat) dan warna air terjernih adalah air Ac dan
air galon (bening). pH tertinggi adalah air AC dan air galon pH=1 dan pH
terendah adalah air rawa pH=3. Zat padat terlarut dan tersuspensi juga
mengandung amoniak hanya terdapat pada
air rawa, sedangkan yang lain tidak.
6.2
Saran
Praktikum
harus dilaksanakan dengan tepat waktu, cermat tetapi cepat mengingat alokasi
waktu yang sangat terbatas dan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik saya
harap semua bahan yang akan di praktikumkan agar tersedia terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2009. Pencemaran Air dan Pemanfaatan
Limbah Industri. C. V. Rajawali. Jakarta
Boyd, CA.
1982. Water Quality in Warm Water Fish Pond. Craft Master Printers,
Alabama.
Cox, W. George.
1997. Conservation Biology. The Mc Graw Hill Companies, Inc.
Chicago.
Mackinnon,
Kathy. 2000. Ekologi Kalimantan. Prenhallindo, Jakarta.
Odum, E. P.
1993. Dasar- Dasar Ekologi, Edisi Ketiga. Gadjah Mada University
Pers,
Yogyakarta.
Soeseno, S.
1970. Limnologi. Direktorat JenderaL
Perikanan Departemen Perikanan, Jakarta.
Sugiharto,
1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. UI Press, Jakarta.
Welch, 1952.
Water Quality in Warmwater Fish Ponds.
Fourt Printing. Auburn University Agricultural Experiment Station, Alabama USA.
395.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar