Laporan Praktikum
Genetika
Acara 10
Materi Genetik

Disusun Oleh :
Nama : Riski Meliya
Ningsih
NPM : E1J014147
Hari/Tanggal : Senin, 4 Mei 2015
Shift : Senin
(10:00-12:00)
Kelompok : 3
Dosen
Pembimbing : Dwi Wahyuni Ganevianti
Co-As : Paulina Situmorang
LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Dasar
Teori
Genetika secara “Etimologi disebut juga ilmu keturunan, berasal dari kata genos (bahasa latin), artinya suku
bangsa-bangsa atau asal-usul yang berarti asal mula kejadian. Namun, genetika
bukanlah ilmu tentang asal mula kejadian meskipun pada batas-batas tertentu
memang ada kaitannya dengan hal itu juga. Genitika adalah ilmu yang mempelajari
seluk beluk alih informasi hayati dari generasi kegenerasi. Oleh karena cara
berlangsungnya alih informasi hayati tersebut mendasari adanya perbedaan dan
persamaan sifat diantara individu organisme, maka dengan singkat dapat pula
dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang pewarisan sifat .Dalam ilmu ini
dipelajari bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada anak
cucu, serta variasi yang mungkin timbul didalamnya.
Genitika perlu dipelajari, agar kita dapat mengetahui sifat-sifat keturunan
kita sendiri serta setiap makhuk hidup yang berada dilingkungan kita. kita
sebagai manusia tidak hidup autonom dan terinsolir dari makhuk lain sekitar
kita tapi kita menjalin ekosistem dengan mereka. karena itu selain kita harus
mengetahui sifat-sifat menurun dalam tubuh kita, juga pada tumbuhan dan hewan.
Lagi pula prinsip-prinsep genetika itu dapat disebut sama saja bagi seluruh
makluk. Karena manusia sulit dipakai sebagai objek atau bahan percobaan
genetis, kita mempelajari hukum-hukumnya lewat sifat menurun yang terkandung
dalam tubuh-tumbuhan dan hewan sekitar. (Suryo, 2012)
Genetika bisa sebagai ilmu pengetahuan murni, bisa
pula sebagai ilmu pengetahuan terapan. Sebagai ilmu pengetahuan murni ia harus
ditunjang oleh ilmu pengetahuan dasar lain seperti kimia, fisika dan metematika
juga ilmu pengetahuan dasar dalam bidang biologi sendiri seperti bioselluler,
histologi, biokimia, fiosiologi, anatomi, embriologi, taksonomi dan evolusi.
Sebagai ilmu pengetahuan terapan ia menunjang banyak bidang kegiatan ilmiah dan
pelayanan kebutuhan masyarakat.
Dugaan DNA sebagai materi genetik secara tidak
langsung sebenarnya dapat dibuktikan dari kenyataan bahwa hampir semua sel
somatis pada spesies tertentu mempunyai kandungan DNA yang selalu tetap,
sedangkan kandungan RNA dan proteinnya berbeda-beda antara satu sel dan sel
yang lain. Di samping itu, nukleus hasil meiosis baik pada tumbuhan maupun
hewan mempunyai kandungan DNA separuh kandungan DNA di dalam nukleus sel
somatisnya.
Meskipun demikian, dalam kurun waktu yang cukup lama fakta semacam itu
tidak cukup kuat untuk meyakinkan bahwa DNA adalah materi genetik. Hal ini
terutama karena dari hasil analisis kimia secara kasar terlihat kurangnya
variasi kimia pada molekul DNA. Di sisi lain, protein dengan variasi kimia yang
tinggi sangat memenuhi syarat sebagai materi genetik. Oleh karena itu, selama
bertahun-tahun protein lebih diyakini sebagai materi genetik, sementara DNA
hanya merupakan kerangka struktur kromosom. Namun, pada pertengahan tahun
1940-an terbukti bahwa justru DNA-lah yang merupakan materi genetik pada
sebagian besar organisme. (Campbell, N.A, dkk., 2007)
A.
DNA Sebagai Materi Genetik
Saat ini orang mengetahui bahwa gen merupakan seberkas
fragmen dari DNA yang dapat diekspresikan sesuai dengan keperluan. DNA (bahasa
Inggris: deoxyribonucleic acid): adalah sejenis asam nukleat yang tergolong
biomolekul utama penyusun berat kering setiap organisme. Di dalam sel, DNA
umumnya terletak di dalam inti sel.
Secara garis besar, peran DNA di dalam sebuah sel
adalah sebagai materi genetik; artinya, DNA menyimpan cetak biru bagi segala
aktivitas sel. Ini berlaku umum bagi setiap organisme. Di antara perkecualian
yang menonjol adalah beberapa jenis virus (dan virus tidak termasuk organisme)
seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus).
DNA merupakan polimer yang terdiri dari tiga komponen
utama, yaitu gugus fosfat, gula deoksiribosa, dan basa nitrogen. Sebuah unit
monomer DNA yang terdiri dari ketiga komponen tersebut dinamakan nukleotida,
sehingga DNA tergolong sebagai polinukleotida. (Tribowo, 2006)
DNA terdiri dari gula deoksiribosa, basa nitrogen dan
fosfat. Basa nitrogen terdiri dari purin (adenine dan guanin) dan
pirimidin (sitosin dan timin). Bertindak sebagai tulang punggung rantai DNA
adalah gula dan fosfat. Struktur DNA adalah double heliks dengan gula-fosfat
berada di luar. Dua buah pilinan dihubungkan dengan ikatan hidrogen
antara basa-basa DNA. Basa adenine (A) berpasangan dengan timin (T)
dengan dua ikatan hidrogen, sedangkan basa sitosin (C) berpasangan dengan basa
guanine (G) melalui tiga ikatan hidrogen.
Konsep dasar menurunnya sifat secara molekuler adalah
merupakan aliran informasi dari DNA ke RNA ke urutan asam amino. Konsep
dasar ini disebut sebagai dogma genetik. Pada dogma genetik juga
tercermin cara mempertahankan ciri khas supaya tetap sama melalui proses
replikasi. Dogma
genetik ini bersifat universal yang berlaku baik bagi prokariot maupun
eukariot. (Maulana, R.A, 2010)
B.
Replikasi DNA
Sintesis perbanyakan
bahan genetik seperti DNA, dilakukan melalui proses yang disebut replikasi. Replikasi
dapat dikatakan merupakan reaksi kimia yang mencirikan proses kehidupan.
Melalui suatu replikasi, senyawa kimia dapat membentuk dirinya untuk menghasilkan
senyawa baru yang mirip dengan dirinya. Replikasi hanya terjadi pada asam
nukleat, DNA atau RNA. Molekul asam nukleat yang mampu bereplikasi disebut
replikon. Tidak ditemukan senyawa lain yang sintesisnya dilakukan melalui
replikasi.
Pada
sel, replikasi DNA terjadi sebelum pembelahan sel. Prokariota terus-menerus
melakukan replikasi DNA. Pada eukariota, waktu terjadinya replikasi DNA
sangatlah teratur, yaitu pada fase S daur sel, sebelum mitosis atau meiosis I.
Penggandaan tersebut memanfaatkan enzim DNA polimerase yang membantu
pembentukan ikatan antara nukleotida-nukleotida penyusun polimer DNA. Proses
replikasi DNA dapat pula dilakukan in vitro dalam proses yang disebut reaksi
berantai polimerase (PCR). Dengan demikian, setiap sel yang melakukan mitosis
akan dihasilkan 2 sel anak yang memilki DNA lengkap sama persis dengan yang
dimiliki induknya. (Sinaga, N.R, 2012)
Sebelum sel
membelah, DNA harus direplikasi dalam fase S dari siklus sel. Proses
replikasi melibatkan enzim polymerase. Proses ini melibatkan pembukaan
utas ganda DNA, sehingga memungkinkan terjadinya perpasangan basa untuk
membentuk utas baru. Pembentukan utas komplementer terjadi melalui
perpasangan basa antara A dengan T dan G dengan C. Dalam replikasi
DNA, setiap utas DNA lama berperan sebagai cetakan untuk membentuk DNA baru.
Model DNA
Watson dan Crick menyatakan bahwa saat double heliks bereplikasi, masing-masing
dari kedua molekul anak akan mempunyai satu untai lama yang erasal dari satu
molekul induk dan satu untai yang baru. Model replikasi ini disebut model
semikonservatif. (Diah, 2008)
Model
lainnya adalah model konservatif dimana molekul induk tetap dan molekul baru
disintesis sejak awal. Model ketiga disebut model dispersif yaitu bahwa
keempat untai DNA, setelah replikasi double heliks, mempunyai campuran anatara
DNA baru dan DNA lama. Pengujian yang dilakukan oleh Meselson dan Stahl
menunjukkan bahwa replikasi DNA terjadi secara semikonservatif. (Sinaga, N.R.
2012)
Hasil
transkripsi merupakan hasil yang memiliki intron (segmen DNA yang tidak
menyandikan informasi biologi) dan harus dihilangkan, serta memiliki ekson
yaitu ruas yang membawa informasi biologis. Intron dihilangkan melalui proses
yang disebut splicing. Proses splicing terjadi di nukleus.
Splicing
dimulai dengan terjadinya pemutusan pada ujung 5′, selanjutnya ujung 5′ yang
bebas menempelkan diri pada suatu tempat pada intron dan membentuk struktur
seperti laso yang terjadi karena ikatan 5′-2′fosfodiester. Selanjutnya
tempat pemotongan pada ujung 3 terputus sehingga dua buah ekson menjadi
bersatu. rRNA dan tRNA merupakan hasil akhir dari proses transkripsi, sedangkan
mRNA akan mengalami translasi.
tRNA adalah
molekul adaptor yang membaca urutan nukleotida pada mRNA dan mengubahnya
menjadi asam amino. Struktur molekul tRNA adalah seperti daun semanggi
yang terdiri dari 5 komponen yaitu
1.
Lengan aseptor: merupakan tempat menempelnya asam
amino,
2.
Lengan D atau DHU: terdapat dihidrourasil pirimidin,
3.
Lengan antikodon: memiliki antikodon yang basanya
komplementer dengan basa pada mRNA
4.
Lengan tambahan
5.
Lengan TUU: mengandung T, U dan C (Tribowo, 2006)
C.
Translasi
Bila
dibandingkan dengan transkripsi, translasi merupakan proses yang lebih rumit
karena melibatkan fungsi berbagai makromolekul. Oleh karena kebanyakan di
antara makromolekul ini terdapat dalam jumlah besar di dalam sel, maka sistem
translasi menjadi bagian utama mesin metabolisme pada tiap sel. (Maulana, R.A,
2010)
Pada
prokariota yang terdiri dari satu ruang, proses transkripsi dan translasi
terjadi bersama-sama. Translasi merupakan proses penerjemahan kodon-kodon
pada mRNA menjadi polipeptida. Dalam proses translasi, kode genetic merupakan
aturan yang penting. Dalam kode genetic, urutan nukleotida mRNA dibawa
dalam gugus tiga – tiga. Setiap gugus tiga disebut kodon.
Dalam translasi, kodon dikenali oleh lengan antikodon yang terdapat pada tRNA.
Mekanisme
translasi adalah:
1.
Inisiasi. Proses ini dimulai dari menempelnya
ribosom sub unit kecil ke mRNA. Penempelan terjadi pada tempat tertentu
yaitu pada 5′-AGGAGGU-3′, sedang pada eukariot terjadi pada struktur tudung
(7mGpppNpN). Selanjutnya ribosom bergeser ke arah 3′ sampai bertemu
dengan kodon AUG. Kodon ini menjadi kodon awal. Asam amino yang
dibawa oleh tRNA awal adalah metionin. Metionin adalah asam amino yang
disandi oleh AUG. pada bakteri, metionin diubah menjadi Nformil
metionin. Struktur gabungan antara mRNA, ribosom sub unit kecil dan
tRNA-Nformil metionin disebut kompleks inisiasi. Pada eukariot, kompleks
inisiasi terbentuk dengan cara yang lebih rumit yang melibatkan banyak protein
initiation factor.
2.
Elongation. Tahap selanjutnya adalah penempelan
sub unit besar pada sub unit kecil menghasilkan dua tempat yang terpisah
. Tempat pertama adalah tempat P (peptidil) yang ditempati oleh
tRNA-Nformil metionin. Tempat kedua adalah tempat A (aminoasil)
yang terletak pada kodon ke dua dan kosong. Proses elongasi terjadi saat
tRNA dengan antikodon dan asam amino yang tepat masuk ke tempat A.
Akibatnya kedua tempat di ribosom terisi, lalu terjadi ikatan peptide antara
kedua asam amino. Ikatan tRNA dengan Nformil metionin lalu lepas, sehingga
kedua asam amino yang berangkai berada pada tempat A. Ribosom kemudian
bergeser sehingga asam amino-asam amino-tRNA berada pada tempat P dan tempat A
menjadi kosong. Selanjutnya tRNA dengan antikodon yang tepat dengan kodon
ketiga akan masuk ke tempat A, dan proses berlanjut seperti sebelumnya.
3.
Terminasi. Proses translasi akan berhenti bila
tempat A bertemu kodon akhir yaitu UAA, UAG, UGA. Kodon-kodon ini
tidak memiliki tRNA yang membawa antikodon yang sesuai. Selanjutnya
masuklah release factor (RF) ke tempat A dan melepaska rantai polipeptida yang
terbentuk dari tRNA yang terakhir. Kemudian ribosom berubah menjadi sub
unit kecil dan besar.
D.
Fungsi Materi Genetik
Setelah
terbukti bahwa DNA merupakan materi genetik pada sebagian besar organisme, kita
akan melihat fungsi yang harus dapat dilaksanakan oleh molekul tersebut sebagai
materi genetik. Dalam beberapa dasawarsa pertama semenjak gen dikemukakan
sebagai faktor yang diwariskan dari generasi ke generasi, sifat-sifat
molekulernya baru sedikit sekali terungkap. Meskipun demikan, ketika itu telah
disepakati bahwa gen sebagai materi genetik, yang sekarang ternyata adalah DNA,
harus dapat menjalankan tiga fungsi pokok berikut ini.
1.
Materi genetik harus mampu menyimpan informasi genetik
dan dengan tepat dapat meneruskan informasi tersebut dari tetua kepada
keturunannya, dari generasi ke generasi. Fungsi ini merupakan fungsi genotipik, yang dilaksanakan
melalui replikasi. Bagian
setelah ini akan membahas replikasi DNA.
2.
Materi genetik harus mengatur perkembangan fenotipe
organisme. Artinya, materi genetik harus mengarahkan pertumbuhan dan
diferensiasi organisme mulai dari zigot hingga individu dewasa. Fungsi ini
merupakan fungsi fenotipik, yang
dilaksanakan melalui ekspresi gen.
3.
Materi genetik sewaktu-waktu harus dapat mengalami
perubahan sehingga organisme yang bersangkutan akan mampu beradaptasi dengan
kondisi lingkungan yang berubah. Tanpa perubahan semacam ini, evolusi tidak
akan pernah berlangsung. Fungsi ini merupakan fungsi evolusioner, yang dilaksanakan melalui peristiwa mutasi. (Suryo, 2012)
E.
Kode Genetik
Kode genetik
mempunyai sifat-sifat yang akan dijelaskan sebagai berikut.
1.
Kode genetik bersifat universal. Artinya, kode genetik berlaku sama hampir di setiap
spesies organisme.
2.
Kode genetik bersifat degenerate atau redundant,
yaitu bahwa satu macam asam amino dapat disandi oleh lebih dari satu triplet
kodon. Sebagai contoh, treonin dapat disandi oleh ACU, ACC, ACA, dan ACG. Sifat
ini erat kaitannya dengan sifat wobble basa ketiga, yang artinya bahwa
basa ketiga dapat berubah-ubah tanpa selalu disertai perubahan macam asam amino
yang disandinya. Diketahuinya sifat wobblebermula
dari penemuan basa inosin (I) sebagai basa pertama pada antikodon tRNAala ragi, yang ternyata dapat
berpasangan dengan basa A, U, atau pun C. Dengan demikian, satu antikodon pada
tRNA dapat mengenali lebih dari satu macam kodon pada mRNA.
3.
Oleh karena tiap kodon terdiri atas tiga buah basa,
maka tiap urutan basa mRNA, atau berarti juga DNA, mempunyai tiga rangka baca yang berbeda (open reading frame). Di
samping itu, di dalam suatu segmen tertentu pada DNA dapat terjadi transkripsi
dan translasi urutan basa dengan panjang yang berbeda. Dengan perkataan lain,
suatu segmen DNA dapat terdiri atas lebih dari sebuah gen yang salingtumpang tindih (overlapping). (Campbell, N.A,
dkk. 2007)
1.2
Tujuan
1. Mengetahui dan memahami materi genetik
2.
Menggambar dan mencocokan susunan basa-basa nitrogen
pada DNA
3.
Mengggambar mekanisme replikasi DNA secara semi
konservatif
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
1. File materi
genetik
2. LCD
3. Simulasi DNA
4. Buah Lumai
5. Tusuk Gigi
2.2 Cara Kerja
1. Membuat gambar
komponen-komponen penyusun DNA, antara lain: basa nitrogen, gula deoxyribosa,
fosfat, nukleosida, dan nukleotida
2. Merangkai
masing-masing gambar komponen-komponen penyusun DNA menjadi satu gambar DNA
lengkap
3. Merangkai
komponen-komponen penyusun DNA dengan bahan yang tersedia
4. Menyusun rantai
doublehelix DNA sesuai dengan bahan yang tersedia
BAB III
HASIL
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini, dilakukan pengamatan
penyususnan rantai DNA doublehelix dengan menggunakan simulasi materi yang
diberikan dosen pembimbing lewat LCD. Kemudian mahasiswa melakukan uji coba
pemasangan basa-basa nitrogen dengan menggunakan buah lumai sebagai basa
nitrogennya dan tusuk gigi sebagai penghubung antar basa nitrogen.
Dalam kelompok kami telah ditentukan deret basa
nitrogen oleh dosen pembimbing yaitu T-A-C-T-T-T-T-A-C-G-C-G yang kemudian para
praktikan harus memasangkan pasangan basa nitrogen lawannya yaitu
A-T-G-A-A-A-A-T-G-C-G-C.
Lalu
setelah ditentukan pasangannya dibuatlah susunan tersebut pada buah lumai yang
telah disediakan sebanyak 24 buah atau 12 pasang dan diberi label. Mengubungkan
antar buah lumai tadi menggunakan tusuk gigi agar terbentuk rantai doublehelix
yang diinginkan.
Setelah
rantai telah menjadi pintalan DNA doublehelix, rantai tersebut di pelintir agar
mirip kengan rantai aslinya kemudian di foto untuk sebagai hasil pengamatan.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat ditarik
kesimpulan yaitu materi genetik adalah gen yang merupakan sepotong DNA yang
membawa informasi suatu sifat dan gen tersebut terdapat di dalam kromosom.
Sedangkan fungsi dari materi genetik ini adalah mampu menyimpan informasi
genetik dan dengan tepat dapat meneruskan informasi tersebut dari tetua kepada
keturunannya, dari generasi ke generasi, harus mengatur perkembangan fenotipe
organisme. Artinya, materi genetik harus mengarahkan pertumbuhan dan
diferensiasi organisme mulai dari zigot hingga individu dewasa, harus dapat
mengalami perubahan sehingga organisme yang bersangkutan akan mampu beradaptasi
dengan kondisi lingkungan yang berubah.
Kode genetik bersifat universal. Artinya, kode genetik berlaku sama hampir di setiap
spesies organisme. Kode genetik bersifat degenerate atau redundant,
yaitu bahwa satu macam asam amino dapat disandi oleh lebih dari satu triplet
kodon. Peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai materi genetik; artinya,
DNA menyimpan cetak biru bagi segala aktivitas sel. Ini berlaku umum bagi
setiap organisme.
5.2
Saran
Kami mengucapkan terima kasih
kepada dosen pengampu serta pihak-pihak yang membantu terselesainya laporan
ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca dan kami mengharapkan kritik dan saran
demi sempurnanya laporan ini
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A, dkk., 2007. Biologi Edisi kelima jilid 3. Erlangga.
Jakarta.
Kusumawaty,
Diah, 2008. Isolasi DNA Skala Kecil. www.library.upi.ac.id. Diakses pada hari Selasa, 05 Mei 2015
Maulana,
R.A, 2010. Isolasi DNA Dan Elektoforesis
DNA. www.upi.ac.id. Diakses pada hari Selasa, 05 Mei
2015
Sinaga, N.R,
2012. Isolasi DNA Dan Teknik PCR. www.pdffactory.com. Diakses pada hari Selasa, 05 Mei 2015
Suryo, 2012. Genetika Strata 1. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Yuwono,
Tribowo, 2006. Bioteknologi Pertanian.
Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar